Perang
khandaq dinamakan juga perang ahzab dan jumhur para ulama sirah menyebutkan
bahwa peperangan ini terjadi pada bulan syawal tahun kelima hijriah. Suasana
yang tercipta pada perang khandaq begitu mencekam lantaran rasa lapar dan
dingin yang menusuk kaum muslimin. Ditambah lagi pengepungan yang dilakukan
oleh orang – orang kafir membuat posisi kaum muslimin semakin sulit. Begitu
sulitnya kondisi saat itu, Imam Bukhari merowayatkan bahwa Rasul mengikatkan
batu yang diganjalkan ke perutnya untuk menghilangkan rasa nyeri dan sakit
dilambungnya akibat rasa lapar.
Ketika
Rasul saw dan para sahabat sedang menggali parit,terdapat bongkahan abtu yang
sulit dipecahkan. Sehingga Rasul saw turun langsung untuk memecahkan batu
tersebut. Pukulan Rasul saw memercikkan api dan waktu itu beliau mengucapkan
subhannallah. Kejadian tersebut berulang sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah
saw menceritakan kepada sahabat bahwa tatkala muncul percikkan api,terpancar
gambaran istana persia disusul istana romawi dan istana mauqaqis. Beliau
mengatakan sebentar lagi istana persia akan menjadi milik kita,istana romawi
akan kita kuasai dan istana mauqaqis akan kita miliki. Ucapan tersebut disambut
dengan gembira oleh para sahabat.
Dari
sejarah perang khandaq tersebut bisa kita lihat betapa begitu luar biasanya
sikap kepemimpinan yang ditunjukkan oleh baginda Rasul. Setidaknya ada 2 ha
yang dapat dicontoh oleh pemimpin – pemimpin saat ini dari sikap yang
ditunjukkan oleh baginda Rasul. Pertama, Rasul sebagai seorang pemimpin mampu
menjadi problem solver yang terjadi
dan yang kedua, Rasul sebagai seorang pimpinan mampu memompa semangat dan
motivasi prajuritnya yang sedang berada dalam kondisi yang sangat sulit.
Mampu
menjadi menyelesaikan masalah yang muncul merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Dan hal tersebut telah ditunjukkan secara
elegan oleh Rasul dalam perang khandaq. Disaat para sahabat mengalami kesulitan
dalam memcahkan bongkahan batu, Rasul mampu menyelesaikan permasalahan yang
ada. Bahkan tidak hanya menghadirkan solusi berupa teori tapi juga Rasul
memberikan solusi konkrit dengan menghancurkan sendiri bongkahan batu yang
menajdi masalah tersebut. Rasul bisa saja hanya memberikan perintah kepada
sahabat – sahabat yang lain untuk menghancurkan batu, para sahabat tentu tidak
akan berkeberatan jika Rasul tidak ikut menggali parit dalam perang tersebut.
Tapi Rasul sebagai pemimpin malah melakukan hal sebaliknya, tidak hanya
memberikan perintah tapi langsung turun tangan menyelesaikan masalah yang ada dan
juga Rasul turut serta menggali tanah guna membuat parit.
Rasul
tidak hanya sekedar berteori dan memberikan perintah, tapi langsung turun
kelapangan memberikan solusi konkrit. Imam Bukhari meriwayatkan dari Barra’ ra,
ia berkata :”Pada waktu perang ahzab (khandaq), saya melihat Rasul saw menggali
parit dan mengusung tanah galian sampai sampai saya tidak melihat dada beliau
yang bebulu lebat karena tebalnya tanah yang melumurinya”.
Yang
kedua, sikap kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw adalah bagaimana
Rasul ditengah – tengah kondisi yang sangat sulit mampu menjadi penyemangat
bagi sahabat – sahabatnya. Kondisi yang dialami oleh Rasul dan para sahabat
ketika perang khandaq ukanlah sebuah situasi yang mudah. Berada dalam situasi
pengepungan oleh orang – orang kafir serta kekurangan bahan makanan membuat
kondisi saat menjadi sangat sulit. Namun dalam kondisi sulit tersebut Rasul
sebagai seorang pemimpin mampu membangkitkan semangat juang para sahabat.
Rasulullah
saw menunjukkan sikap optimis yang luar biasa besarnya sehingga hal itu
“menulari” sahabat lainnya dalam bentuk semangat yang menggelora sehingga
kemenangan pun dapat diraih. Bahkan untuk perang khandaq kemenangan yang diraih
tanpa peperangan. Sikap optimis Rasul tertuang dalam pernyataan Beliau yang
mengatakan bahwa umat muslim akan mampu mengalahkan tiga bangsa besar yaitu
Persia, romawi dan mauqaqis.
Begitulah
seharusnya sikap yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Memberikan semangat
kepada orang – orang yang dipimpinnya bahkan dalam kondisi tersulit sekalipun.
Seorang pemimpin harus memiliki optimisme berkali lipat dari para jundinya.
Karena optimisme dari pemimpin akan menentukan semangat juang dari para
jundinya.sangatlah tidak baik jika seorang pemimpin ditengah masalah yang
dihadapi justru tampil didepan para jundinya dan menunjukkan sikap yang lemah
dan penuh dengan rasa pesimis. Karena itu akan membuat para jundi dan orang –
orang yang dipimpin akan menjadi lemah sehingga mudah dikalahkan.
Wallahu
a’alam bis shawab
No comments:
Post a Comment