duhai siang...
ceritakanlah kepada mereka
tentang kerja - kerja yang kami lakukan
tentang setiap tetesan peluh yang mengalir dari tubuh kami
tentang setiap kelelahan yang mendera diri kami
duhai siang...
beritahukan mereka bahwa...
kerja - kerja kami belum usai
masih banyak peluh yang akan menetes dari tubuh kami
kelelahan akan tetap mendera dirikami
duhai siang...
kabarkan kepada mereka bahwa
kerja - kerja kami akan usai
tetesan peluh kami akan berhenti
kelelahan akan menghilang dari kami
ketika... cita telah menyata nyata
ketika... harapan menjadi realita
ketika...agama ini mendapatkan kemulianya
karena itulah cita - cita kami
karena itulah harapan kami
atau ketika...
perjalanan ini menemui akhirnya
atau ketika...
tubuh ini bagai onggokkan tak berdaya
yang diusung oleh orang - orang lain
karena saat itulah...
kami telah memenuhi janji Tuhan kami
syahid dijalanNya...
Saturday, 30 June 2012
Friday, 29 June 2012
Metode dalam Dakwah
Dakwah
secara umum dapat diartikan sebagai seruan atau ajakan kepada manusia untuk
kembali kejalan Allah swt dengan hikmah dan nasehat yang baik. Itulah makna
dakwah yang umum dipahami oleh para penyeru dakwah dimanapun mereka berada.
Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa poin penting. Pertama objek
dakwah adalah manusia. Kedua tujuan dari
dakwah adalah untuk kembali kejalan Allah, agar para manusia yang menjadi objek
dakwah mengingkari taghut dan beriman kepada Allah swt semata. Yang terakhir
adalah metode atau cara dakwah yang dilakukan secara garis besar dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui hikmah yang diberikan oleh para penyeru dakwah
kepada objek dakwah dan yang kedua adalah melalui nasehat (perkataan) yang baik
dari penyeru dakwah.
Seorang
penyeru dakwah haruslah benar – benar memahami siapa objek dakwahnya, jelas
tujuannya, dan benar dalam penerapan metode atau cara berdakwah yang dijalankan
oleh para aktivis dakwah. Ketika salah satu dari tiga hal diatas tidak dipahami
dengan baik oleh para penyeru dakwah, maka dapat menyebabkan kegagalan dari
program – program dakwah yang dijalankan oleh seorang aktivis dakwah.
Jangan sampai aktivis dakwah tidak memahami
siapa objek dakwahnya karena hal tersebut akan menyulitkan para aktivis dakwah
untuk membuat program - program dakwah dikarenakan para aktivis dakwah tidak
kenal dan memahami siapa objek
dakwahnya. Dakwah ini dibebankan kepada manusia dan ditujukan kepada manusia
bukan ciptaan Allah swt yang lain.
Atau
seorang aktivis dakwah harus tau dengan jelas apa tujuan dari dakwah yang
dilakukan. Jangan sampai mengalami disorientasi tujuan dalam dakwah yang
dilakukan.karena parameter keberhasilan dari dakwah adalah sejauh mana para
aktivis dakwah mampu mengajak manusia untuk beriman kepada Allah swt. Dakwah
yang kita jalani bukanlah menyeru kepada si aktivis dakwah sehingga para objek
dakwah harus tunduk dan menyembah si aktivis dakwah tersebut. Dakwah yang
dilakukan bukan menyeru kepada salah satu jamaah atau golongan sehingga
menimbulkan ashobiyah diantara aktivis dakwah yang akhirnya menyebabkan
perpecahan dalam tubuh umat islam.
Yang
terakhir ketika kita telah memahami seperti apa objek dakwah kita dan benar
dalam tujuan dakwah yang dilakukan maka seorang aktivis dakwah harus melakukan
dengan benar metode dakwah yang dijalaninya. Kesalahan dalam metode dapat
membuat dakwah ini tertolak bukan karena ajarannya karena ajaran islam yang dibawa
para aktivis dakwah adalah ajaran yang paling benar dan syariat islam merupakan
solusi atas permasalahan umat. Tetapi sering kali dakwah ini tertolak karena
kesalahan para aktivis dakwah dalam menyampaikan dakwahnya (ajaran islam)
sehingga objek dakwah memiliki pandangan yang salah terhadap islam.
Bicara
tentang metode atau cara dalam berdakwah, ada baiknya kita menyimak sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:
Abu Sa’id Al-Khudriy mengatakan,
saya mendengar Rasulullah bersabda: Siapa saja yang melihat munkar seyogianya
ia merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu merubah dengan tangan ia
merubahnya dengan lisannya. Jjika juga tidak mampu maka ia merubahnya dengan
hati. Merubah munkar dengan hati adalah wujud iman yang paling lemah.
(Hadits Riwayat Muslim).
Dakwah
merupakan proses perbaikan (islah) yang dilakukan secara terus – menerus. Dari
hadist diatas, kita mengetahui bahwa untuk merubah sebuah kemungkaran maka ia
harus mampu merubahnya melalui tiga cara yaitu, dengan tangannya,denganlisannya
dan dengan hati yang merupakan selemah – lemahnya iman. Jadi, bisa disimpulkan
bahwa dalam dakwah kita dapat melakukannya dengan tangan (tindakan/perbuatan),
dengan lisan dan dengan hati. Ketiga cara inilah yang dapat dilakukan oleh para
aktivis dakwah dalammelakukan aktivitas dakwah yang dijalaninya.
1. Metode
yang pertama adalah dengan tindakan atau perbuatan.
Tujuan
dari Allah swt adalah mengajak manusia kejalan Allah swt. Tujuan yang mulia ini
akan bisa tersampaikan dengan baik kepada objek dakwah seandainya para penyeru
dakwah atau aktivis dakwah itu sendiri telah berada dijalan Allah tersebut.
Yang dimaksud melalui tindakan dalam berdakwah adalah diharapkan para aktivis
dakwah mampu memberikan teladan bagi objek dakwahnya.
Yang
dimaksud dengan teladan disini adalah para aktivis dakwah dapat
mengimplementasikan dari setiap seruannya kepada objek dakwah. Allah swt sangat
menaruh perhatian besar terhadap hal ini seperti yang ada dalam Al Qur’an surat
As Shaff ayat 3 :
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS
As Shaff :3)
Ayat
diatas menegaskan kepada seluruh aktivis dakwah bahwa yang pertama harus
didakwahi adalah dirinya sendiri. Yang pertama sekali harus diperbaiki adalah
dirinya sendiri. Setelah itu barulah ia harus mengambil peran dalam perbaikan
umat. Karena sudah menjadi kepastian bahwa dampak dari melakukan dakwah itu
adalah yang utama kepada si aktivis dakwah itu sendiri. Dakwah yang dibawanya
harus bisa menjadikan dirinya pribadi yang lebih baik. Banyak sudah terjadi
dimasyarakat, dakwah ini tertolak bukan karena ajaran islam yang dibawa oleh
aktivis dakwah tetapi karena keseharian dari si aktivis dakwah tersebut tidak
mencerminkan ajaran islam yang didakwahkannya kepada masyarakat.
Keteladanan
menjadi bagian yang penting dalam dakwah karena sifat alamiah dari manusia itu
sendiri yang amat sangat mudah untuk meniru. Manusia akan lebih mudah untuk
belajar jika ada contoh nyata yang ada disekitarnya.Keteladanan diharapkan ada
pada setiap aktivis dakwah, karena keteladanan adalah metode dakwah yang sangat
efektif. Ada sebuah ungkapan bahwa “sebuah keteladanan lebih berarti daripada
seribu kata – kata”.
Selain itu ketika seorang aktivis telah
menjadi teladan ditengah – tengah komunitasnya maka yakinlah ucapan yang keluar
dari mulut aktivis dakwah tersebut akan sangat mudah untuk diikuti oleh objek
dakwahnya. Karena keteladanan yang ada pada diri aktivis dakwah tersebut telah
masuk kedalam alam bawah sadarnya dan akan membuatnya dengan mudah untuk dapat
menerima apa yang dikatakan oleh aktivis dakwah tersebut.
2. Metode
yang kedua melalui Lisan
Dari makna dakwah yang telah disebutkan diatas
metode dakwah, yaitu hikmah dan dengan nasehat yang baik. Dalam Al Qur’an surat
An Nahl ayat 125, Allah mengajarkan manusia bagaimana cara dakwah yang
seharusnya dilakukan :
Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.(Q.S An Nahl:125)
Dalam
ayat diatas Allah mengajarkan kepada Rasul dan umat islam tentang bagaimana
caranya menyeru manusia kepada Allah swt. Kita diperintahkan Allah swt untuk
berdakwah dengan hikmah dan nasehat yang baik. Jumhur
mufasir menafsirkan kata hikmah dengan hujjah atau dalil. Dari
ungkapan para mufasir dapat dimengerti, bahwa hujjah yang dimaksud
adalah hujjah yang bersifat rasional (‘aqliyyah/fikriyyah), yakni
hujjah yang tertuju pada akal. Hikmah dapat diartikan dengan argumentasi
yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah, dan yang memuaskan. Yang dapat
mempengaruhi pikiran dan perasaan siapa saja. Sebab, manusia tidak dapat
menutupi akalnya di hadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran
yang kuat. Argumentasi logis mampu membongkar rekayasa kebatilan, menerangi
wajah kebenaran, dan menjadi api yang mampu membakar kebobrokan sekaligus
menjadi cahaya yang dapat menyinari kebenaran.
Yang
kedua adalah mau’izhah hasanah (nasihat/peringatan yang baik) yang
secara global secara global, yaitu nasihat atau peringatan al-Quran (mau’izhah
al-Qur’an). Sayyid Quthub menafsirkan mau’izhah hasanah sebagai
nasihat yang masuk ke dalam hati dengan lembut (tadkhulu ilâ al-qulûb
bi rifq). Ada dua karakter dari mau’izhah
hasanah yaitu Pertama,
menggunakan ungkapan yang tertuju pada akal dan yang kedua , menggunakan
ungkapan yang tertuju pada hati/perasaan.
3. Metode
dakwah yang ketiga adalah dengan hati
Dakwah
dengan hati adalah bagaimana kita harus menimbulkan penolakan di hati kita
terhadap hal – hal yang bertentangan
dengan syariat islam. Selain itu dakwah dengan hati adalah bagaimana kita harus
mendoakan objek – objek dakwah kita agar Allah swt memberikan hidayah
kepadanya. Karena yang perlu kita sadari adalah masuknya hidayah kepada
seseorang itu murni hak prerogratif Allah swt. Dan dia berhak memberikan kepada
siapa saja yang diinginkan oleh Allah swt. Hal inilah yang mungkin sering kita
lupakan dalam mengerjakan kerja – kerja dakwah. Selain itu, mendo’akan objek
dakwah juga dilakukan oleh Rasul.
Wednesday, 27 June 2012
KEGAGALAN MENGAJARKAN KITA BERSABAR DALAM PROSES
Sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada didunia ini yang tidak pernah merasakan
kegagalan dalam hidupnya. Selama orang tersebut pernag merencanakan sesuatu,
melaksanakan rencananya, maka saya berani mengatakan orang itu akan pernah
merasakan kegagalan. Namun tapi seberapa besar tingkat kegagalan yang dialami
oleh sesorang mungkin berbeda – beda. Ada orang yang gagal dalam tahap
perencanaan, ada juga yang mengalami kegagalan dalam proses usahanya karena kondisi – kondisi yang lupa
ia perhitungkan atau ada juga yang gagal karena kondisi yang diluar dugaan.
Ketiga
hal tersebut harus dicermati oleh siapa saja yang ingin atau sedang meniti
tangga kesuksesan dalam hidupnya. Yang pertama adalah gagal dalam merencanakan,
hak ini adalah kegagalan paling buruk yang dilakukan oleh seseorang. Karena
perencanaan adalah awal dari setiap hal yang akan dilakukan. Gagal dalam
merencankan sama saja dengan merencanakan kegagalan.
Yang
kedua adalah kegagalan yang disebabkan karena kondisi – kondisi yang lupa ia
perhitungkan. Proses telah berjalan, namun ditengah perjalanan menuju
kesuksesan muncul masalah – masalah yang menyebabkan kehancuran dan kegagalan
dari “bangunan” usaha yang telah ia lakukan. Untuk tipe yang satu ini maka ia
harus benar – benar memusatkan perhatiannya ketika berada dalam fase
perencanaan. Karena dalam fase perencanaan kita harus benar – benar matang dan
memiliki orientasi terhadap tujuan apa yang akan dicapai. Berfikir secara
komprehensif terhadap kemungkinan apa yang akan dihadapi. Atau yang sering kita
sebut dengan “think globally”.
Yah,kita
harus berfikir secara global terhadap kemungkinan masalah yang akan kita
hadapi. Sehingga kita benar – benar siap ketika masalah tersebut muncul. Namun hal
ini jangan menjadikan kita sebagai orang – orang paranoid yang terlalu takut
untuk melakukan sesuatu. Karena kesuksesan dan keberhasilan adalah “buah” dari
sebuah usaha dan perjuangan. Ketika kita gagal ditengah jalan karena lupa maka
dipercobaan selanjutnya akan menjadikan kita orang yang berkali – kali lebih
waspada ketimbang sebelumnya.
Contohnya
ketika sesorang yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan yang cukup
tinggi. Samapi akhirnya disuatu tempat ia tiba pada kondisi jalan yang rusak
sehingga ia harus terjatuh dari motornya dan menderita luka dibeberapa bagian
tubuhnya. Beberapa waktu kemudian ketika dia sudah sembuh dari luka –lukanya dan
mengendarai motor lagi, maka ia akan lebih berhati – hati dalam mengendarai
motornya terutama ketika melewati jalan dimana ia terjatuh. Tapi coba bayangkan jika sipengendara motor
tadi berhenti mengendarai motor dan tak mau lagi mengendarai motor setelah
terjatuh dari motor, apakah hal itu membuat dia lebih waspada? Tidak karena hal
tersebut bukanlah waspada tapi TAKUT.
Kita
perlu cermat dalam membedakan antara waspada atau berhati – hati dengan ketakutan. Karena sifat kehati – hatian seseorang
tidak akan menghalanginya dalam mencoba kembali sesuatu yang telah
dilakukannya, namun hasilnya belum maksimal. Sedang ketakutan akan memaksa kita
tidak melakukan hal yang pernah gagal ia lakukan.
Yang
selanjutanya adalah orang yang gagal dalam melakukan sesuatu karena hal – hal yang
memang diluar dugaan atau diluar perkiraan dan memang penyebab kegagalan ini
adalah sesuatu yang tidak wajar dan jumlah kasusnya sangat sedikit sekali
ditemukan. Maka untuk hal seperti ini saya mengatakan bahwa anda sedang dalam
proses menuju kesuksesan. Jangan menyerah,lakukan lagi apa yang ingin anda
capai karena anda tinggal selangkah lagi menuju apa yang anda ingin capai.
Ada
sebuah cerita seorang sarjana “fresh graduated”,sama seperti kebanyakan sarjana
– sarjana lainnya ia melakukan proses pencarian kerja. Ia mencoba melamar
pekerjaan keberbagai tempat yang sesuai dengan bidang keilmuan ynag ia ambil
dibangku universitas. Berbagai perusahaan telah menerima surat “cinta” si
pemuda ini yaitu surat lamaran kerja. Namun dari begitu banyak surat lamaran
yang telah dikirimkannya, tak ada satupun yang berhasil. Dan ia pun
mengumpulkan surat – surat penolakan dari tempat dimana ia memasukkan lamaran pekerjaan.
Tak
terasa sudah surat penolakan ke 95 yang ia kumpulkan. Tetapi ia tetap mencoba
mencari pekerjaan dengan memasukkan lamaran keberbagai tempat. Sampai akhirnya
ia mendapatkan tawaran pekerjaan di surat lamaran ke 102. Tetapi yang ia
lakukan adalah menolak pekerjaan yang telah didapatkannya itu. Dan ia mengulang
lagi mengirimkan surat lamaran ketempat – tempat yang menolaknya sebelumnya dan
menakjubkannya ia diterima hampir disetiap tempat dia mengajukkan lamaran.
Sebuah
pelajaran sederhana dari cerita diatas tentang bagaimana keberhasilan itu butuh
proses. Dan orang – orang yang sabar dalam menjalankan proses itulah yang akan
mendapatkan kesuksesannya. Bisa dibanyangkan jika si pemuda tadi tidak sabar
dalam berproses dan ia berhenti pada percobaan ke 99. Apakah ia akan
mendapatkan pekerjaan? Tentu saja tidak karena dia telah berhenti dan tak mau
mencoba lagi.
Jadi
jika gagal dalam proses mencapai tujuan yang kita inginkan maka bersabarlah
karena keberhasilan itu butuh proses. Dan proses itu harus dijalani dengan
kesabaran. Karena hanya orang – orang yang sabar dalam menjalani proses yang
akan mendapatkan kesuksesan.
Wednesday, 20 June 2012
Optimisme Kunci Mengatasi Kegagalan
Idealisme memiliki hubungan yang sangat yangat erat dengan hal – hal yang tidak realistis, tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Sedangkan sikap realisme yang amat berlebihan akan menyebabkan munculnya sikap pragmatis. Adalah sebuah hal yang tidak terlalu baik ketika kita hidup dalam dunia idealisme sempit tanpa mau perduli dengan kenyataan disekitar kita yang sanga jauh dari kata “ideal”. Akan tetapi sikap realisme yang berlebihan akan melahirkan generasi – genarasi yang pragmatis, yang akhirnya akan melahirka generasi – generasi yang berfikiran sempit. Maka diantara idealisme yang sangat jauh dari realistis dan realisme yang terlalu pragmatis terdapat titik tengah yaitu “optimisme”. Optimisme lah yang akan menjadi penghubung antara hal – hal ideal yang ada dibenak kita dengan realita dan kondisi yang ada dilapangan.
Sikap optimis inilah yang mampu melahirkan kekuatan untuk mengubah realita menjadi idealita. Ataupun sebaliknya,Optimisme lah yang akan melahirkan kekuatan untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan. Oleh karena itulah sikap optimis merukpakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin mencapai kesuksesan. Sikap optimis harus dapat ditimbulkan dalam setiap kondisi realita yang ada. Tidak hanya timbul pada kondisi yang sesuai dengan apa yang menjadi keinginan kita. Ketika realita yang ada tidak sesuai dengan idealita yang terpikirkan oleh kita, maka kita juga harus mampu menimbulkan sikap optimis dalam diri kita.
Rasul telah memberikan contoh yang begitu luar biasa bagaimana ketika kita mampu membangun sikap optimis bahkan dalam keadaan yang sesulit apapun, maka kemenangan dan keberhasilan akan diberikan oleh Allah swt. Salah satu contohnya ada pada perang khandaq, perang yang terjadi pada tahun kelima hijriah dan juga disebut dengan pernag ahzab ini telah menunjukkan dengan gamblang bagaimana sikap optimisme dari Rasul, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun.
Ketika pada perang ahzab/khandaq suasana yang tercipta adalah suasana yang amat sangat mencekam lantaran rasa lapar yang mendera kaum muslimin serta ditambah dengan pengepungan yang dilakukan oleh pasukan kafir. Ketika beliau menggali parit bersama para sahabat, terdapat bongkahan batu yang amat besar sehingga beliau menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Beliau pun memecahkan batu tersebut dengan palu godamnya. Pukulan Rasulullah memercikkan api dan waktu itu beliau mengucapkan subhanallah serta kejadian tersebut berulang sebanyak tiga kali.
Kemudian Rasulullah menceritakan bahwa ketika muncul percikan api terpancar gambaran istana persia disusul dengan istana Romawi dan selanjutnya istana Mauqaqis. Rasul mengatakan istana Persia akan menjadi milik kita,istana romawi akan kita taklukkan dan istana mauqaqis akan kita miliki, pernyataan Rasul disambut gembira oleh para sahabat.
Dapat kita lihat dari sirah perang ahzab atau perang khandaq tersebut bagaimana dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, dalam keadaan yang sangat sulit dan dalam keadaan kelaparan serta kepungan dari pasukan kafir, Rasul masih memiliki sikap optimis yang luar biasa besarnya. Beliau dengat sangat yakin mengatakan kepada sahabat – sahabatnya bahwa kaum muslimin akan mampu merebut istana persia,romawi dan mauqaqis. Dimana ketiganya merupakan milik kerajaan – kerajaan besar pada zamannya.
Sikap optimis ini tidak muncul pada kondisi yang baik. Bukan ketika kaum muslimin memiliki persediaan makanan yang cukup untuk berperang. Bukan pada kondisi memiliki pasukan yang sangat banyak untuk memenangi perang dan juga bukan pada kondisi dimana memiliki persenjataan yang lengkap. Tetapi sejarah telah mencatat bahwa kaum muslimin telah mampu menguasai ketiga istana yang disebutkan oleh Rasul ketika prang khandaq. Sungguh luar biiasa bagaimana sikap optimisme yang diperlihatkan Rasul telah mampu membangkitkan semangat serta kekuatan yang luar biasa yang ada pada diri sahabat sehingga mereka mampu memenangi peperangan, meraka mampu membalikkan keadaan.
Sikap optimis inilah yang seharusnya sekarang dimiliki oleh pemuda – pemuda islam, optimis bahwasanya islam akan kembali merengkuh kejayaannya. Walaupun kondisi umat saat ini sedang terpuruk, dalam kondisi yang berantakan tapi kita harus memiliki sifat optimis bahwa kita mampu memberikan perubahan pada umat ini kepada arah yang lebih baik. Sangat indah ungkapan imam syahid Hasan Al Bana “Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah”. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Sehingga ketika kita bisa memasukkan nilai – nilai optimisme serta mampu mengejawantahkan kedalam sikap kita dalam aktivitas dakwah, maka kita telah memenuhi salah satu syarat “pahlawan” seperti yang ditulis oleh Ustd Anis Matta Lc, dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia”. Beliau menuliskan bahwasanya para pahlawan adalah orang – orang yang memiliki sikap optimis yang menjadi penghubung antara idealisme yang jauh dari realita dan realisme yang sangat dekat dengan pragmatis. Karena para pahlawan adalah orang – orang yang menyadari betapa besar misi yang diembankan kepadanya, dan misi tersebut takkkan berhasil tanpa didasari oleh sikap optimis.
Terakhir, sesungguhnya potensi yang dimiliki diri seseorang amatlah besar. Tetapi sayangnya banyak diantara kita yang tdak menyadari betapa besarnya potensi yang diberikan oleh Allah swt kepada kita. Ternyata kitalah yang membatasi potesi yang diberikan oleh Allah swt dengan sikap pesimis dan su’udzhan kepada Allah swt.
Saturday, 9 June 2012
URGENSI RUHIYAH DALAM AKTIFITAS
Menjadi
seorang aktivis dakwah bukanlah sebuah proses instan. Dimana seseorang untuk
menyandang predikat aktivis dakwah harus menjalani sebuah proses panjang yang
bahkan akan berlangsung seumur hidup (madal hayah) yaitu proses tarbiyah.
Dimana dalam tarbiyah itu sendiri ada tiga aspek yang menjadi perhatian. Yaitu,
aspek Ruhiyah,fikriyah dan jasadiyah. Ketiga hal tersebut menjadi perhatian
dalam tarbiyah karena ketiga hal tersebut adalah modal dasar yang harus
dimiliki oleh seorang aktivis dakwah untuk menjalani setiap aktivitas kebaikan
dalam kehidupannya sehari – hari. Perkembangan ketiga aspek tersebut harus
berlangsung secara seimbang, karena jika terjadi ketimpangan dalam perkembangan
ketiga aspek tersebut maka akan berdampak pada aktivitas yang dijalani oleh
seorang aktivis dakwah.
Ruhiyah,
jasadiyah dan fikriyah merupakan modal dasar bagi seorang aktivis dakwah.
Karena berangkat dari ketiga hal itulah seorang aktivis dakwah akan bergerak
melakukan perubah baik bagi dirinya sendiri,orang lain serta lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itulah mengapa ketiga aspek ini menjadi perhatian besar
dalam tarbiyah. Perkembangan ketiga aspek ini telah semuanya masuk dalam
perangkat – perangkat tarbiyah seperti, liqo’, tasqif, mabit, daurah, ri’lah
ataupun mukhayyam. Semua perangkat – perangkat tersebut memiliki tujuan untuk pengembangan ketiga
aspek tersebut.
Oleh
karena itulah penting bagi selluruh aktivis dakwah untuk dapat memahami aspek
dasar yang harus ia miliki untuk menunjang setiap aktivitas dakwah yang ia jalani.
Karena ketiga hal ini dapat terjaga dengan baik, maka akan diikuti dengan
peningkatan dari kuantitas dan kualitas aktivitas dakwah seorang aktivis.
Begitu juga sebaliknya, jika terjadi kemunduran dari ketiga aspek tersebut maka
dapat menyebabkan kemunduran aktivitas dakwah dari seorang aktivis.
Sudah
banyak contoh yang terjadi dilapangan, seorang aktivis dakwah yang mundur
secara perlahan – lahan dikarenakan ketidak mampuannya dalam menjaga salah satu
dari aspek ruhiyah,fikriyah ataupun jasadiyahnya. Hal itu nyata dan ada serta
sangat dekat dengan kita. Jadi, sudah menjadi kewajiban bagi seorang aktivis
dakwah untuk selalu menjaga ketiga aspek ini dalam dirinya. Karena hal ini
adalah modal dasar bagi dirinya.
1. Aspek
Ruhiyah
Dalam dakwah, peranan para manusianya (para aktivis
dakwah/da’i) sangatlah vital. Dakwah dapat tumbuh ataupun hancur di tangan para
da’inya. Seberapa besar kecintaan dan kedekatan mereka kepada Allah SWT,
kekokohan ukhuwah sesamanya, dan kecintaan berjihad di jalan-Nya sangat menentukan
keberhasilan dakwah. Kecintaan terhadap Allah swt tercermin dalam kondisi
ruhiyah dari aktivis dakwah tersebut.
Kekokohan ruhiyah dan kedekatan para aktivis dakwah kepada Allah swt
terejawantahkan dalam amalan – amalan yaumi yang dilakukannya.
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap
orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang
berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “
(QS. Al-Maidah : 54)
Sejarah telah mencatat sebuah generasi terbaik dalam
sejarah perkembangan dakwah islam,yaitu generasi para sahabat dan generasi
tabi’in. Mereka diibaratkan sebagai singa di siang hari dan sebagai seorang
abid di malam hari. Mereka begitu bersemangat seakan – akan memiliki kekuatan
sebesar singa untuk menyebarkan dakwah dan berperang dijalan Allah disiang
hari. Tetapi dimalam hari mereka bercucuran air mata karena larut dalam
kekhusyukan qiyamullail yang mereka kerjakan. Mereka ditengah kesibukkan yang
luar biasa dalam aktivitas dakwah yang dilakukan oleh para sahabat, tetapi
semua aktivitas yang dilakukan para sahabat tidak mengurangi kedekatan mereka
kepada Allah swt. Bahkan aktivitas dakwah telah menjadikan mereka semakin dekat
dengan Allah swt.
Setiap aktivis dakwah harus dapat menjaga kualitas
ruhiyah dalam dirinya. Penjagaan terhadap ruhiyah ini akan tercermin dalam
kuantitas dan kualitas dalam amalan yaumi yang ia lakukan. Seorang aktivis
dakwah harus mampu menjaga kuantitas dan kualitas amalan yaumi-nya karena
itulah cerminan dari kualitas ruhiyah dari seorang aktivis dakwah. Seperti yang
pernah dilakukan oleh para sahabat yang tetap bisa larut dalam kekhusyukan
qiyamulail walaupun disiang harinya mereka berjuang begitu keras demi
menegakkan agama Allah swt.
Jangan sampai kesibukkan dari seorang aktivis dengan
agenda – agenda dakwah mengakibatkan dia menjadi lalai dalam menjaga amalan
yaumi nya. Jika hal itu yang terjadi maka aktivis dakwah tersebut telah melakukan kesalahan besar dalam memahami
hakekat dakwah itu sendiri. Karena seharusnya setiap aktivitas dakwah yang
dilakukan oleh seorang aktivis dakwah paling awal dampaknya harus dirasakan
oleh si aktivis dakwah itu sendiri. karena jika ia larut dalam agenda – agenda
dakwah tetapi lalai dalam menjaga ruhiyah dan amalan yaumi maka ia tidak akan
bertahan lama dalam agenda – agenda dakwah tersebut. Sebab hatinya akan menjadi
kering karena telah memberikan banyak hal namun lupa untuk mengisi lagi hatinya
dengan amalan – amalan yaumi. Akibatnya ketika mendapatkan sehuah benturan
dalam agenda dakwah yang dijalaninya, ia akan mudah sekali jatuh dalam juran
kefuturan.
Kondisi ruhiyah yang palin minimal, akan menjadi
“imunitas” bagi seorang aktivis dakwah. Maksudnya ruhiyah dari seorang aktivis
dakwah akan dapat menjaga para aktivis dakwah daris segala “virus – virus’ yang
dapat merusak semangat dari para aktivis dakwah. Kondisi ruhiyah yang lebih tinggi l;agi dapat
menjadi “tameng” bagi para aktivis dakwah. Artinya ruhiyah dapat menangkal
segala bentuk hal yang dapat menyebabkan aktivis dakwah menjadi futur.
Terakhir, kualitas ruhiyah yang baik akan bisa menjadi “senjata” bagi para
aktivis dakwah.
Selanjutanya mengapa penjagaan terhadap amalan yaumi
dan ruhiyah menjadi aspek yang penting dari tabiyah dan dakwah adalah agar kita
terhindar dari golongan orang – orang yang dibenci oleh Allah swt seperti yang
diungkapkan dalam Al qur’an surat as shaff ayat 3
Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan. (As Shaff :3)
Ikhwafillah, berdakwah berarti mengajarkan serta
mengajak orang – orang kepada Allah swt. Makaakan menjadi hal yang sangat lucu
jika ada seorang yang mengaku sebagai aktivis dakwah, sibuk dalam agenda –
agenda dakwah bahkan memiliki binaan akan tetapi ia tidak mampu menjaga amalan
yaumi serta ruhiyahnya. Lucu karena jangankan untuk menyentuh dan mempengaruhi
orang lain, dirinya pun masih jauh dari apa yang ia katakan atau ia jarakan
kepada binaan – binaannya.
Selain itu, orang – orang yang seperti ini termasuk
kedalam golongan yang sangat dibenci oleh Allah swt seperti yang telah
dituliskan dalam ayat diatas. Allah swt sangat membenci orang – ornang yang
hanya mampu mengatakan sesuatu tetapi tidak mampu dan tidak mau berusaha untuk
mengejawantahkan perkataannya dalam bentuk tindakan nyata dilapangan.
Alasan selanjutnya mengapa penjagaan terhadap
ruhiyah ini menjadi salah satu aspek penting dari dakwah adalah karena hal ini
merupakan syarat utama tercapainya kemenangan dakwah. Ikhwafillah, telah banyak
contoh yang dapat dijadikan pelajaran, dimana dengan keberhasilan dalam menjaga
kualitas ruhiyah maka Allah swt akan menurunkan bantuanNya agar kemenangan dakwah
dapat diraih. Salah satu contohnya adalah perang Badar yang dijalani oleh
Rasul. Atau contoh lainnya, dimana Muhammad Al fatih selalu berusaha menjaga
ruhiyah pasukannya dengan cara membiasakan pasukannya untuk mengerjakan
qiyamullail.
apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (An Nashr :1-3)
ikhwafillah,pertolongan Allah swt dalam meraih
kemenangan dakwah hanya akan diberikan kepada orang – orang yang memiliki
kedekatan kepada Allah swt. Kedekatan ini hanya dapat dibangun melalui kualitas
ruhiyah yang mantab dan tercermin dalam kualitas serta kuantitas amalan yaumi
yang bagus. Oleh karena itu, penting bagi setiap aktivis dakwah untuk selalu
menjaga kedekatannya kepada Allah azza wa jalla, karena ialah yang menentukan
keberhasilan dari kerja – kerja kita dan Allah swt adalah sebaik – baik
penolong.
Subscribe to:
Posts (Atom)