Wednesday 20 June 2012

Optimisme Kunci Mengatasi Kegagalan

Idealisme memiliki hubungan yang sangat yangat erat dengan hal – hal yang tidak realistis, tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Sedangkan sikap realisme yang amat berlebihan akan menyebabkan munculnya sikap pragmatis. Adalah sebuah hal yang tidak terlalu baik ketika kita hidup dalam dunia idealisme sempit tanpa mau perduli dengan kenyataan disekitar kita yang sanga jauh dari kata “ideal”. Akan tetapi sikap realisme yang berlebihan akan melahirkan generasi – genarasi yang pragmatis, yang akhirnya akan melahirka generasi – generasi yang berfikiran sempit. Maka diantara idealisme yang sangat jauh dari realistis dan realisme yang terlalu pragmatis terdapat titik tengah yaitu “optimisme”. Optimisme lah yang akan menjadi penghubung antara hal – hal ideal yang ada dibenak kita dengan realita dan kondisi yang ada dilapangan.
Sikap optimis inilah yang mampu melahirkan kekuatan untuk mengubah realita menjadi idealita. Ataupun sebaliknya,Optimisme lah yang akan melahirkan kekuatan untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan. Oleh karena itulah sikap optimis merukpakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin mencapai kesuksesan. Sikap optimis harus dapat ditimbulkan dalam setiap kondisi realita yang ada. Tidak hanya timbul pada kondisi yang sesuai dengan apa yang menjadi keinginan kita. Ketika realita yang ada tidak sesuai dengan idealita yang terpikirkan oleh kita, maka kita juga harus mampu menimbulkan sikap optimis dalam diri kita.
Rasul telah memberikan contoh yang begitu luar biasa bagaimana ketika kita mampu membangun sikap optimis bahkan dalam keadaan yang sesulit apapun, maka kemenangan dan keberhasilan akan diberikan oleh Allah swt. Salah satu contohnya ada pada perang khandaq, perang yang terjadi pada tahun kelima hijriah dan juga disebut dengan pernag ahzab ini telah menunjukkan dengan gamblang bagaimana sikap optimisme dari Rasul, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun.
Ketika pada perang ahzab/khandaq suasana yang tercipta adalah suasana yang amat sangat mencekam lantaran rasa lapar yang mendera kaum muslimin serta ditambah dengan pengepungan yang dilakukan oleh pasukan kafir. Ketika beliau menggali parit bersama para sahabat, terdapat bongkahan batu yang amat besar sehingga beliau menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Beliau pun memecahkan batu tersebut dengan palu godamnya. Pukulan Rasulullah memercikkan api dan waktu itu beliau mengucapkan subhanallah serta kejadian tersebut berulang sebanyak tiga kali.
Kemudian Rasulullah menceritakan bahwa ketika muncul percikan api terpancar gambaran istana persia disusul dengan istana Romawi dan selanjutnya istana Mauqaqis. Rasul mengatakan istana Persia akan menjadi milik kita,istana romawi akan kita taklukkan dan istana mauqaqis akan kita miliki, pernyataan Rasul disambut gembira oleh para sahabat.
Dapat kita lihat dari sirah perang ahzab atau perang khandaq tersebut bagaimana dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, dalam keadaan yang sangat sulit dan dalam keadaan kelaparan serta kepungan dari pasukan kafir, Rasul masih memiliki sikap optimis yang luar biasa besarnya. Beliau dengat sangat yakin mengatakan kepada sahabat – sahabatnya bahwa kaum muslimin akan mampu merebut istana persia,romawi dan mauqaqis. Dimana ketiganya merupakan milik kerajaan – kerajaan besar pada zamannya.
Sikap optimis ini tidak muncul pada kondisi yang baik. Bukan ketika kaum muslimin memiliki persediaan makanan yang cukup untuk berperang. Bukan pada kondisi memiliki pasukan yang sangat banyak untuk memenangi perang dan juga bukan pada kondisi dimana memiliki persenjataan yang lengkap. Tetapi sejarah telah mencatat bahwa kaum muslimin telah mampu menguasai ketiga istana yang disebutkan oleh Rasul ketika prang khandaq. Sungguh luar biiasa bagaimana sikap optimisme yang diperlihatkan Rasul telah mampu membangkitkan semangat serta kekuatan yang luar biasa yang ada pada diri sahabat sehingga mereka mampu memenangi peperangan, meraka mampu membalikkan keadaan.
Sikap optimis inilah yang seharusnya sekarang dimiliki oleh pemuda – pemuda islam, optimis bahwasanya islam akan kembali merengkuh kejayaannya. Walaupun kondisi umat saat ini sedang terpuruk, dalam kondisi yang berantakan tapi kita harus memiliki sifat optimis bahwa kita mampu memberikan perubahan pada umat ini kepada arah yang lebih baik. Sangat indah ungkapan imam syahid Hasan Al Bana “Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah”. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Sehingga ketika kita bisa memasukkan nilai – nilai optimisme serta mampu mengejawantahkan kedalam sikap kita dalam aktivitas dakwah, maka kita telah memenuhi salah satu syarat “pahlawan” seperti yang ditulis oleh Ustd Anis Matta Lc, dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia”. Beliau menuliskan bahwasanya para pahlawan adalah orang – orang yang memiliki sikap optimis yang menjadi penghubung antara idealisme yang jauh dari realita dan realisme yang sangat dekat dengan pragmatis. Karena para pahlawan adalah orang – orang yang menyadari betapa besar misi yang diembankan kepadanya, dan misi tersebut takkkan berhasil tanpa didasari oleh sikap optimis.
Terakhir, sesungguhnya potensi yang dimiliki diri seseorang amatlah besar. Tetapi sayangnya banyak diantara kita yang tdak menyadari betapa besarnya potensi yang diberikan oleh Allah swt kepada kita. Ternyata kitalah yang membatasi potesi yang diberikan oleh Allah swt dengan sikap pesimis dan su’udzhan kepada Allah swt.

No comments:

Post a Comment