Sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada didunia ini yang tidak pernah merasakan
kegagalan dalam hidupnya. Selama orang tersebut pernag merencanakan sesuatu,
melaksanakan rencananya, maka saya berani mengatakan orang itu akan pernah
merasakan kegagalan. Namun tapi seberapa besar tingkat kegagalan yang dialami
oleh sesorang mungkin berbeda – beda. Ada orang yang gagal dalam tahap
perencanaan, ada juga yang mengalami kegagalan dalam proses usahanya karena kondisi – kondisi yang lupa
ia perhitungkan atau ada juga yang gagal karena kondisi yang diluar dugaan.
Ketiga
hal tersebut harus dicermati oleh siapa saja yang ingin atau sedang meniti
tangga kesuksesan dalam hidupnya. Yang pertama adalah gagal dalam merencanakan,
hak ini adalah kegagalan paling buruk yang dilakukan oleh seseorang. Karena
perencanaan adalah awal dari setiap hal yang akan dilakukan. Gagal dalam
merencankan sama saja dengan merencanakan kegagalan.
Yang
kedua adalah kegagalan yang disebabkan karena kondisi – kondisi yang lupa ia
perhitungkan. Proses telah berjalan, namun ditengah perjalanan menuju
kesuksesan muncul masalah – masalah yang menyebabkan kehancuran dan kegagalan
dari “bangunan” usaha yang telah ia lakukan. Untuk tipe yang satu ini maka ia
harus benar – benar memusatkan perhatiannya ketika berada dalam fase
perencanaan. Karena dalam fase perencanaan kita harus benar – benar matang dan
memiliki orientasi terhadap tujuan apa yang akan dicapai. Berfikir secara
komprehensif terhadap kemungkinan apa yang akan dihadapi. Atau yang sering kita
sebut dengan “think globally”.
Yah,kita
harus berfikir secara global terhadap kemungkinan masalah yang akan kita
hadapi. Sehingga kita benar – benar siap ketika masalah tersebut muncul. Namun hal
ini jangan menjadikan kita sebagai orang – orang paranoid yang terlalu takut
untuk melakukan sesuatu. Karena kesuksesan dan keberhasilan adalah “buah” dari
sebuah usaha dan perjuangan. Ketika kita gagal ditengah jalan karena lupa maka
dipercobaan selanjutnya akan menjadikan kita orang yang berkali – kali lebih
waspada ketimbang sebelumnya.
Contohnya
ketika sesorang yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan yang cukup
tinggi. Samapi akhirnya disuatu tempat ia tiba pada kondisi jalan yang rusak
sehingga ia harus terjatuh dari motornya dan menderita luka dibeberapa bagian
tubuhnya. Beberapa waktu kemudian ketika dia sudah sembuh dari luka –lukanya dan
mengendarai motor lagi, maka ia akan lebih berhati – hati dalam mengendarai
motornya terutama ketika melewati jalan dimana ia terjatuh. Tapi coba bayangkan jika sipengendara motor
tadi berhenti mengendarai motor dan tak mau lagi mengendarai motor setelah
terjatuh dari motor, apakah hal itu membuat dia lebih waspada? Tidak karena hal
tersebut bukanlah waspada tapi TAKUT.
Kita
perlu cermat dalam membedakan antara waspada atau berhati – hati dengan ketakutan. Karena sifat kehati – hatian seseorang
tidak akan menghalanginya dalam mencoba kembali sesuatu yang telah
dilakukannya, namun hasilnya belum maksimal. Sedang ketakutan akan memaksa kita
tidak melakukan hal yang pernah gagal ia lakukan.
Yang
selanjutanya adalah orang yang gagal dalam melakukan sesuatu karena hal – hal yang
memang diluar dugaan atau diluar perkiraan dan memang penyebab kegagalan ini
adalah sesuatu yang tidak wajar dan jumlah kasusnya sangat sedikit sekali
ditemukan. Maka untuk hal seperti ini saya mengatakan bahwa anda sedang dalam
proses menuju kesuksesan. Jangan menyerah,lakukan lagi apa yang ingin anda
capai karena anda tinggal selangkah lagi menuju apa yang anda ingin capai.
Ada
sebuah cerita seorang sarjana “fresh graduated”,sama seperti kebanyakan sarjana
– sarjana lainnya ia melakukan proses pencarian kerja. Ia mencoba melamar
pekerjaan keberbagai tempat yang sesuai dengan bidang keilmuan ynag ia ambil
dibangku universitas. Berbagai perusahaan telah menerima surat “cinta” si
pemuda ini yaitu surat lamaran kerja. Namun dari begitu banyak surat lamaran
yang telah dikirimkannya, tak ada satupun yang berhasil. Dan ia pun
mengumpulkan surat – surat penolakan dari tempat dimana ia memasukkan lamaran pekerjaan.
Tak
terasa sudah surat penolakan ke 95 yang ia kumpulkan. Tetapi ia tetap mencoba
mencari pekerjaan dengan memasukkan lamaran keberbagai tempat. Sampai akhirnya
ia mendapatkan tawaran pekerjaan di surat lamaran ke 102. Tetapi yang ia
lakukan adalah menolak pekerjaan yang telah didapatkannya itu. Dan ia mengulang
lagi mengirimkan surat lamaran ketempat – tempat yang menolaknya sebelumnya dan
menakjubkannya ia diterima hampir disetiap tempat dia mengajukkan lamaran.
Sebuah
pelajaran sederhana dari cerita diatas tentang bagaimana keberhasilan itu butuh
proses. Dan orang – orang yang sabar dalam menjalankan proses itulah yang akan
mendapatkan kesuksesannya. Bisa dibanyangkan jika si pemuda tadi tidak sabar
dalam berproses dan ia berhenti pada percobaan ke 99. Apakah ia akan
mendapatkan pekerjaan? Tentu saja tidak karena dia telah berhenti dan tak mau
mencoba lagi.
Jadi
jika gagal dalam proses mencapai tujuan yang kita inginkan maka bersabarlah
karena keberhasilan itu butuh proses. Dan proses itu harus dijalani dengan
kesabaran. Karena hanya orang – orang yang sabar dalam menjalani proses yang
akan mendapatkan kesuksesan.
No comments:
Post a Comment