Dakwah
secara umum dapat diartikan sebagai seruan atau ajakan kepada manusia untuk
kembali kejalan Allah swt dengan hikmah dan nasehat yang baik. Itulah makna
dakwah yang umum dipahami oleh para penyeru dakwah dimanapun mereka berada.
Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa poin penting. Pertama objek
dakwah adalah manusia. Kedua tujuan dari
dakwah adalah untuk kembali kejalan Allah, agar para manusia yang menjadi objek
dakwah mengingkari taghut dan beriman kepada Allah swt semata. Yang terakhir
adalah metode atau cara dakwah yang dilakukan secara garis besar dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui hikmah yang diberikan oleh para penyeru dakwah
kepada objek dakwah dan yang kedua adalah melalui nasehat (perkataan) yang baik
dari penyeru dakwah.
Seorang
penyeru dakwah haruslah benar – benar memahami siapa objek dakwahnya, jelas
tujuannya, dan benar dalam penerapan metode atau cara berdakwah yang dijalankan
oleh para aktivis dakwah. Ketika salah satu dari tiga hal diatas tidak dipahami
dengan baik oleh para penyeru dakwah, maka dapat menyebabkan kegagalan dari
program – program dakwah yang dijalankan oleh seorang aktivis dakwah.
Jangan sampai aktivis dakwah tidak memahami
siapa objek dakwahnya karena hal tersebut akan menyulitkan para aktivis dakwah
untuk membuat program - program dakwah dikarenakan para aktivis dakwah tidak
kenal dan memahami siapa objek
dakwahnya. Dakwah ini dibebankan kepada manusia dan ditujukan kepada manusia
bukan ciptaan Allah swt yang lain.
Atau
seorang aktivis dakwah harus tau dengan jelas apa tujuan dari dakwah yang
dilakukan. Jangan sampai mengalami disorientasi tujuan dalam dakwah yang
dilakukan.karena parameter keberhasilan dari dakwah adalah sejauh mana para
aktivis dakwah mampu mengajak manusia untuk beriman kepada Allah swt. Dakwah
yang kita jalani bukanlah menyeru kepada si aktivis dakwah sehingga para objek
dakwah harus tunduk dan menyembah si aktivis dakwah tersebut. Dakwah yang
dilakukan bukan menyeru kepada salah satu jamaah atau golongan sehingga
menimbulkan ashobiyah diantara aktivis dakwah yang akhirnya menyebabkan
perpecahan dalam tubuh umat islam.
Yang
terakhir ketika kita telah memahami seperti apa objek dakwah kita dan benar
dalam tujuan dakwah yang dilakukan maka seorang aktivis dakwah harus melakukan
dengan benar metode dakwah yang dijalaninya. Kesalahan dalam metode dapat
membuat dakwah ini tertolak bukan karena ajarannya karena ajaran islam yang dibawa
para aktivis dakwah adalah ajaran yang paling benar dan syariat islam merupakan
solusi atas permasalahan umat. Tetapi sering kali dakwah ini tertolak karena
kesalahan para aktivis dakwah dalam menyampaikan dakwahnya (ajaran islam)
sehingga objek dakwah memiliki pandangan yang salah terhadap islam.
Bicara
tentang metode atau cara dalam berdakwah, ada baiknya kita menyimak sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:
Abu Sa’id Al-Khudriy mengatakan,
saya mendengar Rasulullah bersabda: Siapa saja yang melihat munkar seyogianya
ia merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu merubah dengan tangan ia
merubahnya dengan lisannya. Jjika juga tidak mampu maka ia merubahnya dengan
hati. Merubah munkar dengan hati adalah wujud iman yang paling lemah.
(Hadits Riwayat Muslim).
Dakwah
merupakan proses perbaikan (islah) yang dilakukan secara terus – menerus. Dari
hadist diatas, kita mengetahui bahwa untuk merubah sebuah kemungkaran maka ia
harus mampu merubahnya melalui tiga cara yaitu, dengan tangannya,denganlisannya
dan dengan hati yang merupakan selemah – lemahnya iman. Jadi, bisa disimpulkan
bahwa dalam dakwah kita dapat melakukannya dengan tangan (tindakan/perbuatan),
dengan lisan dan dengan hati. Ketiga cara inilah yang dapat dilakukan oleh para
aktivis dakwah dalammelakukan aktivitas dakwah yang dijalaninya.
1. Metode
yang pertama adalah dengan tindakan atau perbuatan.
Tujuan
dari Allah swt adalah mengajak manusia kejalan Allah swt. Tujuan yang mulia ini
akan bisa tersampaikan dengan baik kepada objek dakwah seandainya para penyeru
dakwah atau aktivis dakwah itu sendiri telah berada dijalan Allah tersebut.
Yang dimaksud melalui tindakan dalam berdakwah adalah diharapkan para aktivis
dakwah mampu memberikan teladan bagi objek dakwahnya.
Yang
dimaksud dengan teladan disini adalah para aktivis dakwah dapat
mengimplementasikan dari setiap seruannya kepada objek dakwah. Allah swt sangat
menaruh perhatian besar terhadap hal ini seperti yang ada dalam Al Qur’an surat
As Shaff ayat 3 :
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS
As Shaff :3)
Ayat
diatas menegaskan kepada seluruh aktivis dakwah bahwa yang pertama harus
didakwahi adalah dirinya sendiri. Yang pertama sekali harus diperbaiki adalah
dirinya sendiri. Setelah itu barulah ia harus mengambil peran dalam perbaikan
umat. Karena sudah menjadi kepastian bahwa dampak dari melakukan dakwah itu
adalah yang utama kepada si aktivis dakwah itu sendiri. Dakwah yang dibawanya
harus bisa menjadikan dirinya pribadi yang lebih baik. Banyak sudah terjadi
dimasyarakat, dakwah ini tertolak bukan karena ajaran islam yang dibawa oleh
aktivis dakwah tetapi karena keseharian dari si aktivis dakwah tersebut tidak
mencerminkan ajaran islam yang didakwahkannya kepada masyarakat.
Keteladanan
menjadi bagian yang penting dalam dakwah karena sifat alamiah dari manusia itu
sendiri yang amat sangat mudah untuk meniru. Manusia akan lebih mudah untuk
belajar jika ada contoh nyata yang ada disekitarnya.Keteladanan diharapkan ada
pada setiap aktivis dakwah, karena keteladanan adalah metode dakwah yang sangat
efektif. Ada sebuah ungkapan bahwa “sebuah keteladanan lebih berarti daripada
seribu kata – kata”.
Selain itu ketika seorang aktivis telah
menjadi teladan ditengah – tengah komunitasnya maka yakinlah ucapan yang keluar
dari mulut aktivis dakwah tersebut akan sangat mudah untuk diikuti oleh objek
dakwahnya. Karena keteladanan yang ada pada diri aktivis dakwah tersebut telah
masuk kedalam alam bawah sadarnya dan akan membuatnya dengan mudah untuk dapat
menerima apa yang dikatakan oleh aktivis dakwah tersebut.
2. Metode
yang kedua melalui Lisan
Dari makna dakwah yang telah disebutkan diatas
metode dakwah, yaitu hikmah dan dengan nasehat yang baik. Dalam Al Qur’an surat
An Nahl ayat 125, Allah mengajarkan manusia bagaimana cara dakwah yang
seharusnya dilakukan :
Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.(Q.S An Nahl:125)
Dalam
ayat diatas Allah mengajarkan kepada Rasul dan umat islam tentang bagaimana
caranya menyeru manusia kepada Allah swt. Kita diperintahkan Allah swt untuk
berdakwah dengan hikmah dan nasehat yang baik. Jumhur
mufasir menafsirkan kata hikmah dengan hujjah atau dalil. Dari
ungkapan para mufasir dapat dimengerti, bahwa hujjah yang dimaksud
adalah hujjah yang bersifat rasional (‘aqliyyah/fikriyyah), yakni
hujjah yang tertuju pada akal. Hikmah dapat diartikan dengan argumentasi
yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah, dan yang memuaskan. Yang dapat
mempengaruhi pikiran dan perasaan siapa saja. Sebab, manusia tidak dapat
menutupi akalnya di hadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran
yang kuat. Argumentasi logis mampu membongkar rekayasa kebatilan, menerangi
wajah kebenaran, dan menjadi api yang mampu membakar kebobrokan sekaligus
menjadi cahaya yang dapat menyinari kebenaran.
Yang
kedua adalah mau’izhah hasanah (nasihat/peringatan yang baik) yang
secara global secara global, yaitu nasihat atau peringatan al-Quran (mau’izhah
al-Qur’an). Sayyid Quthub menafsirkan mau’izhah hasanah sebagai
nasihat yang masuk ke dalam hati dengan lembut (tadkhulu ilâ al-qulûb
bi rifq). Ada dua karakter dari mau’izhah
hasanah yaitu Pertama,
menggunakan ungkapan yang tertuju pada akal dan yang kedua , menggunakan
ungkapan yang tertuju pada hati/perasaan.
3. Metode
dakwah yang ketiga adalah dengan hati
Dakwah
dengan hati adalah bagaimana kita harus menimbulkan penolakan di hati kita
terhadap hal – hal yang bertentangan
dengan syariat islam. Selain itu dakwah dengan hati adalah bagaimana kita harus
mendoakan objek – objek dakwah kita agar Allah swt memberikan hidayah
kepadanya. Karena yang perlu kita sadari adalah masuknya hidayah kepada
seseorang itu murni hak prerogratif Allah swt. Dan dia berhak memberikan kepada
siapa saja yang diinginkan oleh Allah swt. Hal inilah yang mungkin sering kita
lupakan dalam mengerjakan kerja – kerja dakwah. Selain itu, mendo’akan objek
dakwah juga dilakukan oleh Rasul.
No comments:
Post a Comment