1.1 Biodiesel
Biodiesel adalah sejenis bahan bakar alternatif
yang termasuk kedalam jenis bahan bakar bakar nabati (BBN). Bahan bakaunya
dapat berasal dari berbagai jenis sumber daya nabati,yaitu kelompok minyak dan
lemak,seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, kacang tanah, jarak
pagar hingga minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan untuk membuat biodiesel.
Ditinjau dari bentuknya bahan bakar nabati bisa
berbentuk padat, gas atau cair. Seperti juga dengan bahan bakar minyak,BBM cair
adalah yang paling luas dan fleksibel dalam penggunaannya,yaitu :
1. Bioetanol : dibuat dari
ubi kayu atau tetes tebu yang digunakan sebagai bahan campuran bensin atau
secara nurni untuk gasohol.
2. Biodiesel : digunakan
sebagai pengganti atau pencampur solar untuk mobil, alat pertanian, mesin
industri yang bermesin diesel.
Penggunaan biodiesel memiliki peranan yang cukup
penting dalam ketahana energi nasional. Hal ini disebabkan karena jumlah bahan
baku untuk membuatnya tersedia dalam jumlah yang sangat banyak dan dapat
diperbaharui (renewble) serta emisi
yang dihasilkan biodiesel jauh lebih rendah dibandingkan dengan emisi yang
dihasilkan oleh bahan bakar fosil lainnya. Biodiesel mempunyai karakteristik
emisi seperti berikut :
1. Emisi karbon dioksida
netto (CO2) berkurang 100%
2. Emisi sulfur berkurang
100%
3. Emisi debu berkurang
sekitar 40% - 60%
4. Emisi karbon monoksida
(CO) berkurang 10%-50%
5. Emisi hidrokarbon
berkurang 10% - 50%
6. Hidrokarbon aromatik
polisiklik (PAH) berkurang terutama PAH yang beracun,benzofloroanthen berkurang
56%, benzapyren berkurang 71% serta aldehida dan senyawa aromatik berkurang
13%.
7. Meningkatkan emisi nitro
oksida (NOx) sebesar 5 – 10% tergantung umur mesin dan modifikasi mesin.
1.2 Karakteristik Biodiesel
Biodiesel memiliki gravitasi spesifik (spesifik gravity) kira – kira 0,88 lebih
berat dibandingkan gravitasi spesifik solar yaitu sekitar 0,82 – 0,87. Oleh
karena ini dianjurkan untuk menuangkan biodiesel diatas solar dan bukan
sebaliknya ketika akan dilakukan pencampuran secara mekanik seperti pengadukkan
sebagainya. Biodiesel tidak mengandung nitrogen dan senyawa aromatik dan hanya
mengandung kurang dari 15 ppm sulfur. Biodiesel mengandung seikitar 11% oksigen dalam persen berat yang keberadaan
mengakibatkan berkurangnya monoksida, partikulat,hidroksida dan jelaga.
Kandungan energi kira – kira 10% lebih rendah dari solar.
Kestabilan yang rendah dari suatu biodiesel dapat
meningkatkan kandungan asam lemak bebas, menaikkan viskositas dan terbentuknya
gums dan sendimen yang dapat menyumbat saringan bahan bakar. Biodiesel memiliki
sifat melarutkan (solvency). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan, dimana jika
digunakan pada mesian diesel yang telah lama menggunakan solar dan dalam
tangkinya terbentuk sedimen dan kerak,maka biodiesel akan melarutka kerak
tersebut sehingga dapat menyumbat saluran dan saringan bahan bakar. Selain itu,
material seperti kuningan, tembaga, timah dan seng dapat mengoksidasi biodiesel
da menghasilkan sedimen.
Biodiesel murni memiliki sifat pelumas yang sangat
baik, bahkan campuran bahan bakar yang mengandung biodiesel dalam komposisi
yang rendah masih memiliki sifat pelumas yang jauh lebih baik. Seperti hanlnya
bahan bakar diesel lainnya, biodiesel dapat berubah fasa menjadi “gel” pada temperatur yang rendah. Biodiesel
memiliki temperatur titik tuang (pour
point) yang lebi tinggi yaitu sekitar -15oC – 10oC
dibandingkan solar, -35oC sampai -10oC sehingga pemakaian
biodiesel pada daerah yang bertemperatur
rendah kurang dianjurkan.
1.3 Proses Dan Reaksi Pembakaran
Secara umum, pembakaran dapat didefinisikan sebagai
proses atau reaksi oksidasi yang sangat cepat antara bahan baklar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan
panas atau nyala dan panas. Bahan bakar (fuel)
merupakan segala substansi yang melepaskan panas ketika dioksidasi dan secara
umum mengandung unsru – unsur karbon (C),hidrogen (H),oksigen (O),nitrogen (N)
dan sulfur (S). Sedangkan oksidator adalah segala substansi yang mengandung
oksigen (misalnya udara) yang akan bereaksi dengan bahan bakar (fuel).
Dalam proses pembakaran fenomena – fenomena yang
terjadi antara lain interaksi proses – proses kimia dan fisika, pelepasan panas
yang berasal dari energi ikatan – ikatan kimia,proses perpindahan panas, proses
perpindahan massa dan gerakkan fluida.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, proses
pembakaran akan terjadi jika unsur – unsur bahan bakar teroksidasi. Proses ini
akan menghasilkan panas sehingga akan disebut sebagai proses oksidasi
eksotermis. Jika oksigen yang dibutuhkan untuk proses pembakaran diperoleh dari
udara, dimana udara terdiri dari 21% oksigen dan 78 nitrogen, maka stoikiometri
pembakaran hidrokarbon murni CmHn dapat ditulis dengan
persamaan:
CmHn
+ O2 + 3,76 N2 à mCO2 + H2O
+ 3,76 N2
Persamaan ini telah disederhanakan karena cukup
sulit untuk memastikan proses pembakaran yang sempurna dengan rasio ekivalen
yang tepat dari udara. Jika terjadi pembakaran tidak sempurna, maka hasil
persamaan di atas CO2 dan H2O tidak akan terjadi,tetapi
terbentuk hasil oksidasi parsial berupa CO,CO2 dan H2O.
Juga sering terbentuk hidrokarbon tak jenuh,formaldehida dan kadang – kadang
terdapat juga karbon.
Pada temperatur yang sangat tinggi gas – gas pecah
atau terdisosiasi menjadi gas – gas yang tidak sederhana, dan molekul – molekul
dari gas dasar akan terpecah menjadi atom – atom yang membutuhkan panas dan
menyebabkan kenaikkan temperatur. Reaksi akan bersifat endotermik dan disosiasi
tergantung pada temperatur dan waktu kontak.
No comments:
Post a Comment