Monday 9 December 2013

3 Modal Aktivis Dakwah

Dakwah adalah sebuah tugas mulia,yang dengannya risalah islam ini tumbuh dan berkembang disetiap inchi bumi. Dakwah merupakan tugas yang dibebankan para nabi dan tugas mulia ini diwariskan kepada orang – orang pilihan. Tugas mulia ini tidak akan diserahkan kepada sembarang orang ataupun orang sembarangan. Tugas dakwah akan diberikan kepada orang – orang pilihan. “Ummat Terbaik” seperti itulah Al Qur’an menyebut orang – orang yang akan menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mereka yang akan berada dijalan dakwah dan bertahan diatasnya dengan segala susah senang didalamnya merupakan orang – orang yang teruji kualitasnya. Karena seperti yang sampaikan Al Ustadz Musthafa Mansyur, “Jalan dakwah tidak ditaburi dengan bunga-bunga, tetapi merupakan satu jalan yang susah dan panjang. Kerana sesungguhnya antara yang hak dengan batil ada pertentangan yang nyata. Ia memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul bebanan yang berat. Ia memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang berterusan dan hasilnya terserah kepada Allah di waktu yang dikehendakiNya

Mereka yang telah meng-azzamkan dirinya di jalan ini tidak hanya harus memiliki energi untuk menahan semua benturan yang akan dihadapi dalam jalan ini tetapi juga harus memiliki “modal” agar dakwah yang dijalankan oleh aktivis dakwah menjadi lebih produktif. Setidaknya ada 3 hal yang mesti dipersiapkan oleh mereka yang menyebutnya aktivis dakwah.

1.      Integritas Akhlaq

Setiap aktivis islam sudah semestinya memiliki integritas dalam hal akhlaqnya. Integritas dalam hal akhlaq akan mampu memberikan keteladanan bagi orang – orang disekitarnya. Walaupun memang secara definisi, dakwah merupakan proses menyeru kebaikan dengan lisan. Akan tetapi keteladanan yang mengiringi penyampaian dengan lisan akan membuat dakwah menjadi lebih “berbobot”. Dan bahkan keteladanan juga memiliki “kekuatan” yang lebih dari sekedar kata – kata. “Sebuah keteladanan akan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan 1000 kata – kata”

Selain itu, integritas dalam hal akhlaq juga merupakan bentuk penjagaan bagi si aktivis dakwah itu sendiri. Sebab dakwah merupakan proses untuk mengajak orang lain kedalam kebaikan dan menghindarkan mereka dalam kemungkaran, maka nilai – nilai kebaikan itu sendiri seharusnya sudah terserap kedalam pribadi aktivis dakwah tersebut, sebelum dia mulai untuk mengajak orang lain. Hal ini penting agar si aktivis dakwah itu tidak menjadi seperti lilin yang menerangi sekitarnya tapi justru membakar habis dirinya sendiri. Kunci dari modal yang pertama ini adalah kemauan untuk terus memperbaiki diri. 

2.      Integritas Keilmuan

Seorang aktivis dakwah harus memiliki integritas dalam bidang keilmuan, terutama dalam bidang keagamaan. Karena seorang aktivis dakwah akan menjadi rujukan bagi orang – orang disekitarnya untuk mencari jawaban tentang permasalahan dalam keagamaan. Kita memang tidak dituntut menjadi seorang yang memiliki kapasitas keilmuan seperti imam – imam madzhab ataupun ahli – ahli tafsir dan ahli hadist. Tapi setidaknya kita harus bisa menjadi orang – orang yang mampu memberikan jawaban yang benar ketika mendapatkan pertanyaan – pertanyaan dari objek dakwah kita. Pertanyaan – pertanyaan dari objek dakwah mayoritas berupa permasalahan yang mendasar dalam islam dan lebih kepada fiqh aplikasi. Seperti permasalahan yang sering ditemui dalam hal thaharah,shalat dan bidang – bidang fiqh lainnya yang lebih mengarah kepada aplikasi. 

Ketidakmampuan si aktivis dakwah dalam memberikan jawaban dari pertanyaan objek dakwahnya jelas akan mengurnagi “credit point” dari si aktivis dakwah itu sendiri dimata objek dakwahnya. Hal ini akan berefek kepada penerimaan seruan dari si aktivis dakwah tersebut. Tetapi jangan sampai juga para aktivis dakwah memberikan jawaban yang asal – asalan tanpa dasar yang benar. Kunci dari modal yang kedua ini adalah kemauan untuk terus belajar menambah pemahaman dan memperbanyak membaca. 

3.      Integritas Kemasyarakatan

Dakwah ditujukan kepada manusia, dimana manusia yang menjadi objek dakwah merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itulah, bagi mereka yang menyebut dirinya aktivis dakwah harus mau dan mampu terjun kedalam masyarakat dan melakakukan proses dakwah didalamnya. Seburuk apapun kondisi masyarakat yang akan dihadapi,seorang aktivis dakwah harus mampu masuk kedalamnya dan kalaupun tidak mampu memberikan perubahan yang signifikan dalam masyarakat paling minimal harus mampu mempertahankan standar keimanannya ditengah – tengah kondisi yang tidak baik itu. Seperti yang pernah diungkapkan oleh syaikhut tarbiyah ustadz Rahmat Abdullah “Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempenga-ruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya.” 



Jangan ada lagi aktivis dakwah yang lebih memilih untuk menjauh dari lingkungan disekitarnya, menikmati keimanannya sendiri tanpa ada usaha untuk memperbaiki kondisi masyarakat disekitarnya. Jangan ada lagi aktivis dakwah yang lebih memilih untuk menyendiri, tanpa ada usaha untuk mengajak orang – orang disekitarnya agar juga dapat merasakan nikmatnya keimanan kepada Allah swt. Jangan ada lagi aktivis dakwah yang hanya bisa mencela kerusakan yang terjadi dimasayarkat sekitarnya tanpa mau melakukan sesuatu. Karena saat ini bukanlah waktunya kita untuk mengutuki kegelapan disekitar kita, tapi saat ini adalah waktunya kita untuk menyalakan lentera untuk menerangi sekitar kita. kunci dari modal yang ketiga ini adalah kemauan untuk masuk dan menjadi bagian masyarakat, sebuuk apapun kondisinya. Serta imunitas yang kuat untuk menjaga keimanan kita agar tidak lebur dengan kondisi yang buruk.

wallahu'alam...