Sunday 17 March 2013

3 Kekuatan Untuk Pemimpin



Kepemipinan adalah sebuah tanggung jawab besar dalam hidup seseorang. Seseorang yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin berarti memikul sebuah beban tanggung jawab dipundaknya. Karena seorang pemimpin tidak lagi memikirkan dirinya sendiri. Yang ada dikepalanya bukanlah masalah – masalah dirinya sendiri. Yang dituju bukanlah kebaikan untuk dia pribadi. Seorang pemimpin harus juga memikirkan kemajuan kelompok yang dipimpinnya, harus mampu melakukan sesuatu untuk mengembangkan kelompok yang dipimpinnya, harus mampu memberikan kebaikan bagi kelompok dan orang – orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin tidak lagi berbicara tentang “saya” tapi telah berbicara dan berbuat untu “kita”. 

Oleh karena beban yang begitu berat yang diemban seorang pemimpin. Atas dasar peran yang begitu penting yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Maka, seorang pemimpin harus mampu meng-upgrade kemampuannya. Meningkatkan kualitas dirinya dan melejitkan potensi dirinya. Agar beban yang berat dan peranan yang sangat penting itu dapat dijalankan dengan sangat baik. Kemampuan, kualitas dan potensi itu adalah modal yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan menjadi pemimpin. Setidaknya ada tiga kekuatan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu, kekuatan Visi, kekuatan komunikasi dan kekuatan keteladanan. 

a.       Kekuatan Visi

Menurut istilahnya, visi berarti kemampuan untuk melihat pada inti persoalan. Visi juga dapat berarti juga pandangan atau wawasan yang jauh kedepan. Dalam konteks keorganisasian, visi dapat dimaksudkan sebagai tujuan dasar atau mimpi – mipi besar yang menjadi cita – cita utama dari organisasi atau kelompok tersebut. Tujuan ini merupakan alasan utama dari terbentuknya organisasi atau kelompok tersebut. Serta visi juga berupa hal – hal besar yang ingin diraih dalam rentang waktu tertentu. 

Pemimpin harus memiliki visi yang kuat dalam kepemimpinannya. Artinya dia mengetahui dengan jelas dalam masa kepemimpinannya organisasi atau kelompok yang dia pimpin akan di bawa kemana. Karena layaknya sebuah kapal, pemimpin merupakan nakhoda dari kapal tersebut. Pemimpinlah yang menjadi penentu arah atau jalan yang akan diambil oleh organisasi tersebut.Seorang pemimpin dalam perannya disebuah organisasi seorang pemimpin harus bisa mengenal jalan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena itulah pemimpin harus memiliki visi yang kuat dalam memimpin.

Kekuatan visi dari seorang pemimpin akan menjaga konsistensi dari organisasi atau kemompok yang dipimpinnya. Kekuatan visi dari seorang pemimpin akan menjaga dan menjamin organisasi tetap pada “on the track” untuk capai tujuan meski sedang diterpa oleh masalah. Layaknya nakhoda yang tetap bisa mengendalikkan kapalnya pada saat badai menerjang kapal tersebut. 

Dan kekuatan dari visi ini akan dapat dimunculkan ketika seorang pemimpin telah mengetahui dan memahami dengan baik apa yang menjadi tujuan dasar dari kelompok atau organisasi tersebut. Selanjutnya setelah memahami tujuan, visi yang kuat dibangun dengan kemampuan menterjemahkan atau membuat langkah dan mengenali jalan dalam mencapai tujuan tersebut serta juga mengetahui masalah yang mungkin dapat menghambat proses pencapaian cita - cita. Langkah dan jalan inilah yang akan menjadi visi dari seorang pemimpin. Semakin baik dalam mengindetifikasi langkah dan jalan untuk mencapai cita – cita besar dari sebuah organisasi maka akan semakin kuat visi yang dimiliki.

b.      Kekuatan komunikasi

Komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). Dan komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
 
Komunikasi merupakan hal penting dalam sebuah organisasi. Karena organisasi merupakan kumpulan dari banyak orang dan komunikasi disini memiliki peran penting dalam organisasi. Salah satunya adalah menjaga soliditas organisasi. Banyak contoh kasus sebuah organisasi atau kelompok tidak berjalan dengan baik abhkan mengalami perpecahan karena permasalahan komunikasi. Baik antara sesama unsur pimpinan organisasi, antara pimpianan dan anggota atau anatara sesama anggota. Oleh karena itulah dalam membangun sebuah organisasi dan menjalankan organsisasi, komunikasi menjadai hal yang sangat penting untuk dijaga oleh seluruh unsur dalam organisasi.

Kekuatan komunikasi sangat mutlak harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Karena pemimpin adalah orang yang akan memberikan arahan dan petunjuk untuk setiap gerakan dan kerja yang akan dilakukan oleh setiap anggotanya. Kekuatan komunikasi dari seorang pemimpin menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan oleh pemimpin terhadap anggota – anggotanya dan apa yang dilakukan oleh anggota – anggotanya setelah mendapatkan arahan dari sang pemimpin. Sehingga terjadi harmonisasi gerak yang baik antara keinginan dari pemimpin dan kerja yang dilakukan oleh anggota.

Ada beberapa hal yang harus mampu dikomunikasikan dengan baik oleh seorang pemimpin kepada anggota – anggotanya. Kekuatan komunikasi dari seorang pemimpin bertujuan untuk menunjukkan jalan dan langkah yang akan diambil oleh organisasi dalam mencapai tujuan dan dalam menghadapi setiap permasalahan. Pertama pemimpin harus bisa mengkomunikasikan apa yang menjadikan visinya. Dan diharapkan para anggota mengetahui apa yang akan mereka tuju bersama sang pemimpin. Sehingga jika di pertengahan jalan organisasi mengalami masalah dan terlihat organisasi sudah mulai “off the track” maka para anggota dalam hal ini bisa memberikan pandangan dan mengingatkan untuk mengembalikkan organisasi pada jalur yang tepat.

Yang kedua adalah hal yang harus mampu dikomunikasikan dengan baik oleh pemimpin dalam sebuah organisasi adalah kondisi dan permasalahan – permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Komunikasi yang baik dari pemimpin terhadap kondisi dan masalah yang dihadapi akan menghasilkan kesadaran dari setiap anggota akan peranan dan tugas yang dapat dilakukannya dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Tapi tentunya tidak semua masalah harus disampaikan kepada anggota. Cukup hal – hal yang benar – benar berkaitan dengan mereka. Oleh karena itulah komunikasi akan hal ini harus dapat dilakukan dengan baik oleh setiap pemimpin. Kekuatan komunikasi seorang pemimpin juga harus dimiliki dalam hal komunikasi kepada pihak – pihak yang ada diluar organisasi tersebut. Komunikasi ke keternal organisasi akan menguatkan dan menjadi proses marketisasi tersendiri terhadap organisasi atau kelompok tersebut.

c.       Kekuatan keteladanan

Dan kekuatan ketiga yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kekuatan keteladanan. Artinya seorang pemimpin harus memberikan keteladanan guna memimpin para anggotanya dalam menempuh “jalan” untuk mencapai tujuan atau visi yang telah dibuat. keteladanan merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, seperti istilah yang diungkapkan oleh Ki Hajar dewantara “Ing Ngarso sung tulada” yang artinya didepan kita menjadi teladan. 

Keteladanan dari pemimpin adalah “motor” penggerak seluruh elemen organisasi yang paling efektif. Karena konsepnya dalam sebuah keteladanan akan lebih bermakna ketimbang seribu kata – kata. Seorang pemimpin yang mampu memberikan keteladanan akan lebih dicintai, lebih dihormati dan akan lebih diikuti ketimbang pemimpin – pemimpin yang hanya bisa berkata – kata dan beretorika. Keteladanan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin kepada anggota – anggotanya. 

Kita telah melihat bagaimana kepemimpinan Rasulullah saw yang dipenuhi oleh keteladanan. Beliau tidak hanya mengetahui apa masalah yang sedang dihadapi, tetapi juga Rasul memahami bagaimana masalah itu diselesaikan. Artinya dalam proses kepemimpinan yang dilakukan, Rasul tidak hanya hadir dalam alam kata – kata retorika dalam menghadapi sebuah masalah tetapi juga Rasul dalam taraf amal dan tindakan untuk menyelesaikan masalah – masalah yang dialami oleh umat islam saat itu. Contohnya dalam perang khandaq bagaimana Rasul ikut turut ambil bagaian dalam proses pembuatan parit. 

Kekuatan keteladanan dari seorang pemimpin akan mampu menggerakan seluruh elemen organisasi untuk bekerja secara bersama – sama dalam mencapai tujuan dan visi yang telah ditetapkan. Keteladanan akan “menghangatkan” hubungan antara pemimpin dan anggota tanpa mengurangi rasa hormat dari dari para anggota kepada pemimpin. Bahkan keteladanan akan lebih meningkatkan rasa hormat kepada pemimpin yang mampu memberikan keteladanan. 

Wallahu a’lam.

Monday 11 March 2013

Membangun Integritas Pribadi



Islam merupakan sebuah kebaikan, intisari dari kebaikan dan hal yang paling baik yang pernah ada. Sedangkan dakwah merupakan proses menyapaikan kebaikan itu sendiri kepada seluruh manusia. Dan manusia sebagai objek kebaikan tersebut memiliki fitrah kecondongan kepada hal – hal yang baik. Manusia secara alamiahnya akan lebih memilih hal – hal yang baik untuk dirinya. Oleh karena itulah seharusnya manusia mau menerima apa yang dibawa oleh para penyeru dakwah,apa yang disampaikan oleh aktivis dakwah. Yaitu nilai – nilai kebaikan yang terkandung didalam islam. 

Tetapi kenyataannya ternyata tidak semua manusia mau menerima dakwah islam. Bahkan lebih dari itu ada orang – orang yang berbalik membenci dakwah ini. Pertanyaannya apakah dakwah islam yang menyebabkan penolokkan? Atau kah nilai – nilai islam itu sendiri yang membuat mereka benci? Sangat tidak logis menyalahkan dakwah karena dakwah adalah proses kerja untuk menuju kebaikan. Apalagi jika kita menunjuk nilai – nilai islam yang menjadi muatan dakwah, karena ia turun langsung dari Sang pemiliki kebaikan diseluruh alam semesta. Oleh karena itu yang paling logis untuk dikoreksi ketika terjadi penolakkan terhadap dakwah dan islam adalah pelaku dakwah atau subjek dakwah yang lebih dikenal dengan aktivis dakwah itu sendiri.

Penolakkan dan rasa benci yang muncul terhadap dakwah itu sendiri seringkali disebabkan karena si aktivis dakwah tersebut. Baik karena kesalahan dalam proses yang dijalankan ataupun faktor internal pribadi dari saktivis dakwah tersebut. Salah satu kesalahan yang dilakukan oleh aktivis dakwah adalah gagal dalam membangun integritas pribadi ditengah – tengah objek dakwahnya. Kegagalan membangun citra dan nilai – nilai positif yang tampak dan terasa ditengah – tengah objek dakwah kita. Sehingga dakwah yang disampaikan, nilai – nilai islam yang disyiarkan terasa “hambar” tanpa ruh.

Membangun integritas pribadi berarti mampu membangun citra dan nilai – nilai positif yang ada dalam dirinya. Menampakkan hal – hal positif tersebut sehingga kebaikan – kebaikan yang ada dalam diri kita mampu dirasakannya kebermanfaatan ditengah – tengah objek dakwah.  Atau dengan kata lain integritas pribadi seorang aktivis dakwah adalah sebuah bentuk keteladanan yang diberikan ditengah – tengah objek dakwah. Disinilah sebagian aktis dakwah tidak mampu melakukannya dengan baik. Sehingga kebaikan yang ada didalam dirinya hanya terasa untuk pribadi aktivis dakwah tersebut. 

Muhammad saw sebelum menjadi Rasu,sebelum menyapaikan kalimat tauhi dan sebelum mengajak kepada islam telah mampu dan berhasil membangun integritas pribadi serta keteladanan ditengah – tengah penduduk quraisy dikota mekkah. Tidak ada penduduk mekkah yang tidak mengenal nama Muhammad bin Abdullah. Dan tidak ada yang diketahui oleh masyarakat mekkah dari seorang Muhammad kecuali hal – hal baik yang ada dalam diri pemuda tersebut. Puncaknya Muhammad saw diberikan gelar Al Amin ( yang paling dipecaya) karena sikap dan kepribadian beliau yang begitu mempesona orang – orang mekkah.

Bisa kita bayangkan dengan begitu luar biasanya integritas pribadi yang telah dibangun oleh Rasul. Begitu baiknya citra Rasul dimata masyarakat mekkah. Bahkan tidak ada satupun orang dikota mekkah yang tidak mempercayai kata – kata yang dikeluarkan oleh Rasul. Dakwah yang dilakukan oleh Rasul masih sangat berat. Sepuluh tahun dikota mekkah,Rasul pernah merasa begitu sedih karena sedikitnya jumlah orang yang bergabung dengan islam. Pertanyaan sekarang bagaimana dengan kita? Wajar saja jika dakwah yang kita lakukan belum menghasilkan apa – apa, belum menyentuh siapa – siapa. Karena diri kita ini pun belum pantas mendapatkannya.

Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita lakukan dalam membangun integritas pribadi. Yang saya menyebutnya “3 kesholehan”. Yang jika seorang aktivis memiliki tiga kesholehan ini maka ia telah berhasil membangun integritas pribadi yang baik ditengah masyarakat. Dan ia telah mampu menjadikan dirinya sebagai teladan ditengah – tengah objek dakwahnya.

Pertama, kesholehan ibadah. Artinya seorang aktivis dakwah harus baik dari sisi ibadah. Baik dari sisi kuantitas (jumlah) ibadah yang dilakukan dan kualitas ibadahnya. Termasuk juga dalam kesholehan ibadah ini adalah apa yang disampaiak imam syahid Hasan Al Banna dalam muwashaffat yaitu “shahihul Ibadah”. Atau dengan kata lain ibadah yang benar. Benar dalam tata cara pelaksanaan yang terbebas dari segal bid’ah. Dan juga benar dari sisi niat yang hanya tertuju kepada Allah swt. Membangun kesholehan ibadah merupakan hal penting, sebab intisari dari dakwah adalah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah swt. Sehingga dalam prinsipnya seorang aktivis harus mampu melakukan ibadah sebelum negajak orang lain. Hal ini diperlukan agar terhindar dari cap negatif dari objek dakwah dan azab Allah swt. 

Yang kedua, adalah kesholehan secara sosial. Artinya seorang aktivis dakwah harus baik secara sosial. Mampu bersosialisasi ditengah – tengah objek dakwahnya serta mampu berkomunikasi dengan baik kepada seluruh objek dakwahnya. Termasuk juga dalam kesholehan pribadi adalah memiliki simpati dan empati kepada seluruh objek dakwah. Kedua hal itulah yang diperlukan untuk membangun dan menciptakan hubungan sosial yang baik dengan seluruh objek dakwah. 

Sebagai yang pernah dicontohkan oleh Rasul adalah bagaimana rasul memiliki rasa empati yang begitu besar dengan berkunjung kerumah orang yang sering menghina dan meludahinya ketika orang tersebut jatuh sakit. Dan jelas dampak dari empati yang diberikan Rasul adalah keberislaman orang tersebut. Kesholehan pribadi ini bertujuan untuk mengkomunikasikan dan mensyiarkan kesholehan ibadah seorang aktivis dakwah kepada seluruh objek dakwahnya. Oleh karena itulah, setelah seorang aktivis dakwah mampu membangun kesholahan dalam hal ibadah yang harus dilakukannya adalah membangun kesholehan sosial. Atau dengan kata lain bagaimana menjadi pribadi yang menyenangkan dan diterima ditengah – tengah objek dakwah.

Yang terakhir adalah kesholehan politik atau kesholehan kepemimpinan. Maksudnya adalah seorang aktivis dakwah harus memiliki kecakapan atau kemampuan dalam hal memimpin. Memimpin dalam artian bagaimana kehadiran seorang aktivis dakwah ditengah – tengah objek dakwahnya harus memberikan manfaat yang besar. Kehadirannya harus mampu memimpin rekan – rekannya menuju perbaikan diri. Jangan sampai kehadiran seorang aktivis dakwah ditengah objek dakwahnya tidak memberikan dampak apa – apa. Atau dengan kata lain hadir atau tidaknya dia dalam komunitas tersebut sama saja. Maka jika itu yang terjadi maka kita gagal memiliki kesholehan dalam hal kepemimpinan. 

Kesholehan dalam hal kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang baik seorang aktivis dakwah untuk menjadi problem solver untuk setiap masalah yang dialami oleh orang – orang yang menjadi objek dakwahnya. Kesholehan kepemimpinan bisa diartikan sebagai kebijaksanaan dalam memberikan masukkan dan solusi atas setiap permasalahan yang terjadi. Hal yang sama yang pernah dilakukan oleh Rasul ketika Rasul memberikan solusi yang brilian untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara kabilah yang ada dimekkah dalam masalah peletakkan hajar aswad. 

Tiga hal itulah yang harus dimiliki oleh setiap aktivis dakwah untuk membangun integritas pribadi dan memberikan keteladanan ditengah – tengah objek dakwah. Dan ketiga hal tersebut akan mampu kita dapatkan dengan menjalani proses tarbiyah dengan baik.

Wallahu a’lam bisshawwab.