Wednesday 31 December 2014

Waktu : Evaluasi Dari Perjalanannya



Waktu adalah sesuatu yang berjalan secara relatif. Dalam sebuah kondisi kita dapat merasakan waktu berjalan amat sangat lambat. Dan dikondisi lain kita merasakan waktu bergerak dengan sangat cepat. Padahal, dalam setiap kondisinya kita tetap menjalani waktu 1 hari yang sama, 1 jam yang sama, 1 menit yang sama dan 1 detik yang sama. Yang membedakan biasanya adalah kondisi serta perasaan yang kita rasakan dalam menjalani waktu yang ada. Dua hal tersebutlah yang bisa membuat kita merasa waktu berjalan dengan amat sangat cepat ataupun lambat. Sehingga kita sendirilah yang bisa membuat waktu terasa lebih panjang ataupun terasa lebih singkat. 

Namun ada satu hal yang tidak dapat kita lakukan terhadap waktu ialah, kita tidak akan pernah bisa kembali lagi ke setiap detik yang telah kita lalui. Sekeras apapun kita berusaha, sebanyak apapun harta yang kita keluarkan kita tidak akan pernah mampu “membeli” lagi setiap waktu yang telah kita habiskan. Sehingga wajar ulama mengatakan bahwa hal yang paling jauh didunia ini adalah masa lalu. Karena kita tidak akan pernah bisa untuk kembali lagi kemasa itu. 

Waktu dalam definisi yang diberikan oleh ustadz Anis Matta dalam bukunya “Delapan Mata Air Kecemerlangan”  adalah batas masa kerja yang membentang antara kelahiran dan kematian. Hal lain yang menjadikan waktu adalah sesuatu yang menarik adalah Allah swt membuka salah satu surat didalam Al Qur’an dengan sebuah sumpah tentang waktu.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS Al – Ashr : 1- 3)

Dimana para ulama tafsir menjelaskan jika Allah swt bersumpah dengan salah satu makhluk-Nya, maka makhluk itu pastilah makhluk itu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seperti misalnya, dalam beberapa surat Allah swt bersumpah dengan langit dan bumi, matahari dan bulan. Dan benar saja keempat hal tersebut merupakan hal – hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dan Allah swt telah bersumpah dengan waktu, oleh karena itu kita mesti sadar betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. 

Akumulasi dari keunikan dan keistimewaan dari waktu seharusnya menjadikan kita sadar betapa penting bagi kita manusia untuk dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah swt dengan sebaik – baiknya. Betapa penting bagi kita untuk mengisi setiap detik yang berlalu dengan kebaikan serta hal – hal yang bermanfaat sehingga waktu yang berjalan tidak terasa sia – sia. Betapa penting bagi kita untuk menggunakan waktu yang ada untuk hal – hal yang berguna bagi diri kita sendiri dan lingkungan sekitar agar tidak ada penyesalan atas waktu yang kita lalui. Betapa penting bagi diri kita untuk memanfaatkan waktu yang sudah diberikan oleh Allah swt untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan serta memperbanyak amal sholeh kita agar ketika waktu kita hidup didunia telah habis kita membawa bekal yang cukup untuk kembali menghadap-Nya. 

Dalam Al Qur’an surat Al – Ashr, dimana Allah swt membuka surat ini dengan sumpah terhadap waktu diayat pertama dan dilanjutkan dengan informasi dari Allah swt bahwa manusia berada dalam kondisi rugi diayat kedua. Ini menanjadi peringatan untuk kita semua, dalam hal yang berkaitan dengan penggunaan waktu, manusia berada dalam kondisi yang rugi. Tetapi, Allah swt menutup surat ini dengan ciri – ciri orang yang tidak mengalami kerugian dalam menjalani waktu yang diberikan oleh Allah swt, yaitu : beriman, beramal sholeh, menasehati dalam kebenaran dan menasehati dalam kesabaran. Keempat hal inilah yang menjadi pembeda antara orang – orang yang mengalami kerugian dalam menjalankan waktu yang diberikan ataupun orang – orang yang mendapatkan keuntungan atas waktu yang diberikan. 

Iman adalah paduan antara pengetahuan dan keyakinan tentang Allah swt serta kebenaran – kebenaran yang diturunkanNya. Pengetahuan yang kta miliki tentang Allah swt haruslah berujung kepada keyakinan. Karena tidak akan ada artinya jika pengetahuan yang dimiliki tidak berujung pada keyakinan. Tetapi sebaliknya, kita tidak akan pernah bisa membangun sebuah keyakinan yang kokoh tanpa didasara oleh pengetahuan atas apa yang ingin kita yakini. Sebab penegtahuan berkaitan dengan dimensi akal dan keyakinan berkaitan dengan dimensi hati. Sedangkan amal shaleh merupakan pembuktian terhadap pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki melalui tindakan dan prilaku keseharian. 

Menasehati dalam kebenaran adalah sebuah tindakan yang membuat seseorang berpartisipasi aktif dalam proses perbaikan kondisi masyarakatnya. Karena didalam kebermanfaatan seseorang terhadap orang lain adalah menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Dan sebagai seorang muslim kebermanfaatan itu ditunjukkan dengan saling mengajak atau menasehati dalam hal – hal kebaikan. Sehingga dengan kata lain, aktivitas menasehati dalam kebenaran dapat diungkapkan dengan satu kata yaitu “dakwah”. Berperan aktif dalam aktivitas dakwah merupakan salah satu ciri dari orang yang beruntung dalam menjalani waktunya. 

Menasehati dalam kesabaran menjadi hal penting untuk mendapatkan keuntungan dalam menjalani waktu yang kita miliki. Karena berbicara tentang peningkatan keimanan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keyakinan, berbicara tentang peningkatan kualitas dan kuantitas amal sholeh serta berbicara tentang aktivitas dakwah dimasyarakat tentunya tidak akan pernah lepas dari yang namanya ujian dan tantangan yang sewaktu – waktu dapat merusak keimanan kita serta menghentikkan aktivitas amal sholeh serta aktivitas dakwah yang kita lakukan. Oleh karena penilaian terhadap waktu yang kita jalani tidaklah dilakukan diawal ataupun ditengah kehidupan kita. Tapi melainkan sampai akhir waktu kita hidup, maka sangat penting menjaga konsistensi kita dalam keimanan, amal sholeh serta aktivitas dakwah. Konsistensi atau juga yang sering kita sebut dengan kesitiqomahan kita dalam melakukan hal – hal tersebut akan terwujud dengan kesabaran. 

Selanjutnya, mari kita mengevaluasi diri kita sendiri dalam rentang waktu yang telah kita jalani, mempertanyakan kepada diri kita sendiri bagaimana kondisi keimanan kita? mempertanyakan kepada diri kita sendiri bagaimana kualitas dan kuantitas amal sholeh yang kita lakukan? Tanyakan kepada diri kita sendiri, sudahkah kita berkontribusi dalam aktivitas dakwah? Tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah kita telah menjalankan hal – hal tersebut dengan konsisten? 

Karena kita tidak pernah tahu berapa “jatah” waktu kita hidup yang diberikan oleh Allah swt. Karena kita tidak pernah tahu kapan ruh kita akan berpisah dengan jasad kita. Maka marilah senantiasa kita mengisi waktu yang kita miliki untuk meningkatkan keimanan, amal sholeh dan memberikan kontribusi terbaik kita dalam aktivitas dakwah serta sabar dan konsisten dalam menjalankan hal – hal tersebut. Sebagai penutup mari kita ingat dan renungkan lagi sebuah hadist dari Rasulullah saw berikut ini :

Dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau berkata kepada seorang laki-laki untuk menasihatinya : ”Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan yang lain) : Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu” [HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi].
Maraji’
Al Qur’an terjemah Departemen Agama
Delapan Mata Air Kecemerlangan, Anis Matta Lc

Thursday 18 December 2014

Membina Para Pemuda, Membina Para Pemimpin



Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Abu Bakar di syurga, Umar di syurga, Utsman di syurga, Ali di syurga, Thalhah di syurga, Az Zubair di syurga, Abdurrahman bin ‘Auf di syurga, Sa’d di syurga, Sa’id di syurga, dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah di syurga.” [HR At Tirmidzi (3747), hadits shahih.]

Hadist diatas adalah salah satu hadist yang menyebutkan dengan jelas nama – nama sahabat yang dijamin masuk surga. Ada hal yang menarik berkaitan dengan usia para sahabat yang dijamin masuk surga diatas. Dari kesepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga dalam hadist diatas semuanya berusia dibawah 40 tahun saat masuk islam dan mulai berkontribusi dalam dakwah islam. Dan dari kesepuluh orang tersebut bahkan 5 diantaranya berusia dibawah 20 tahun saat masuk islam, mereka adalah Ali bin Abi thalib, Thalhah bin ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bi Abi Waqash dan Said bin Zaid.

Setidaknya ada 2 (dua) pesan penting yang dapat kita tangkap dari fakta sejarah dakwah Rasulullah saw tersebut. Pertama, perkembangan dakwah Rasul tidak lepas dari peranan pemuda. Selain karena penerimaan terhadap dakwah islam yang lebih mudah bagi para pemuda juga begitu banyak potensi dari pemuda yang berguna untuk perkembangan dakwah islam pada masa itu. Fakta sejarah juga telah membuktikan selain pada perkembangan dakwah islam Rasulullah  saw. Pemuda selalu memiliki peran vital dalam hal perubahan kondisi sosial suatu masyarakat didunia ini. Banyak peristiwa – peristiwa penting didunia yang menjadi tonggak perubahan kondisi sosial suatu masyarakat yang dipelopori oleh pemuda. 

Kedua, fakta sejarah bahwa para sahabat yang dijamin masuk surga merupakan mereka yang berusia muda menguatkan teori bahwa masa depan suatu bangsa atau masyarakat dimasa depan ditentukkan dengan kondisi dan kualitas para pemudanya hari ini. Dan tentunya Rasulullah sadar betul dengan hal ini. Sehingga terlihat bagaimana Rasulullah saw mempersiapkan dengan baik para pemuda dari generasi awal masuk islam. 

Dua pesan penting diataslah yang menjadi landasan bagi para aktivis dakwah hari ini untuk mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu untuk dakwah kepada para pemuda. Terlebih lagi dari mereka kalangan terdidik (pelajar & mahasiswa). Selain itu, didalam bukunya Generasi Pemuda dan Perubahan. Ustadz Fahti Yakan telah menuliskan betapa pentingnya dakwah islam terhadap para pemuda. Beliau menjelaskan bahwa sejatinya usia muda seseorang adalah usia dimana manusia memiliki cita – cita yang tinggi, semangat yang besar dan usia muda merupakan masa keemasan manusia dimana pada saat itulah manusia dalam kondisi terbaiknya dari sisi fisik maupun pemikiran. 

Bayangkan jika paduan dari cita – cita yang tinggi, semangat yang besar dan kondisi fisik yang kuat ini tidak tersentuh oleh nilai – nilai dakwah islam. Bayangkan jika mereka yang memiliki paduan ketiga hal tersebut tidak mengetahui siapa sosok yang mesti diteladani. Maka yang kita akan temui adalah kondisi para pemuda yang kehilangan jati diri mereka sebagai seorang pemuda muslim. Yang akan kita dapati adalah para pemuda yang tidak mengetahui tentang visi – misi hidup yang hakiki yaitu beribadah kepada Allah swt. Sehingga yang akan kita dapati adalah para pemuda yang hanya hidup untuk hari ini dan tidak menyakini bahwa akan ada kehidupan setelah kematian. Sehingga yang akan tampak jelas da kita temui adalah masa depan yang suram dari ummat ini. 

Tetapi sebaliknya, mari kita bayangkan manusia yang memiliki paduan antara cita – cita, semangat dan kekuatan fisik yang berada dapa puncaknya tersentuh oleh dakwah islam, terwarnai oleh nilai – nilai islam. Maka sejarah telah mencatat banyak pemuda yang namanya tergores dengan tinta emas. Nama mereka bukan Cuma disanjung oleh manusia yang ada dibumi tapi dipuji oleh mereka yang ada dilangit. Kita kenal 5 dari 10 orang yang dijamin masuk surga adalah mereka yang sudah berkontribusi penuh terhadap dakwah islam semenjak usia remaja (dibawah 20 tahun). Kita kenal seorang pemuda bernama Muhammad Al Fatih yang mempu memenuhi nibuwwah dari Rasulullah saw di usia yang muda. 

Oleh karena itulah, mari kita berikan perhatian yang besar terhadap sektor dakwah sekolah dan dakwah kampus. Karena pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Mari kita perbaiki ummat ini dengan salah satu jalannya adalah memperbaiki kondisi pemudanya.

Wallahu a’lam bisshowwab.

Sunday 30 November 2014

HP Sejuta Ummat

Tulisan ini terinspirasi dari kondisi sebuah perusahaan telepon seluler. Sebuah perusahaan yang pernah merajai pasar ponsel diseluruh dunia. Begitu besarnya jumlah pengguna ponsel merk ini, maka merk ponsel yang satu ini mendapatkan julukkan "HP sejuta Ummat". Bukanlah sebutan yang mengada - ada, karena memang kebanyakan pengguna ponsel menggunakan merk ini. Paling tidak orang - orang terdekat dan orang - orang yang pernah saya temui kebanyakan memakainya. Salah satu hal yang menjadi penyebab kenapa merk ponsel tersebut dipakai banyak orang dari berbagai kalangan adalah begitu banyaknya jenis pilihan ponsel yang ada dan tentunya dengan variasi harga didalamnya. Sehingga, pangsa pasar dari perusahaan tersebut menjadi luas.

Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir mulai terjadi pergantian "penguasa" industri telpon seluler. Merk yang dulu disebut "HP sejuta ummat" mulai ditinggalkan karena kalah bersaing dengan handphone pintar yang berbasis android. Terlebih lagi dengan bermunculan berbagai produsen smartphone dengan harga yang "miring". Lambat laun perusahaan yang dulunya merajai industri telpon seluler mesti rela turun tahta dan puncaknya adalah perusahaan tersebut diakuisisi oleh sebuah perusahaan perangkat lunak terbesar diseluruh dunia milik seorang milyuner dari Amerika serikat Bill Gates.

***

Secara singkat apa yang dialami oleh perusahaan tersebut sama seperti ungkapan yang populer di masyarakat yaitu, "kehidupan itu seperti putaran roda, kadang berada diatas kadang berada dibawah" Kondisi yang dialami oleh perusahaan tersebut itu juga sering kali kita temukan dikehidupan yang ada disekitar kita. Atau bahkan kita sendiri pernah merasakannya. Merasakan betapa manisnya saat berada dipuncak kejayaan  serta merasakan betapa getirnya saat jatuh tersungkur dalam kegagalan. Dan bahkan, merasakan kegegalan setelah merayakan manisnya kemenangan pun pernah dialami oleh Rasulullah saw seperti yang diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 140 :

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
(QS Ali Imran : 140)

Ayat diatas menceritakan tentang kondisi ummat islam dalam perang uhud yang mengalami kekalahan, dimana dalam perang ini Rasulullah saw mendapatkan luka dan 70 sahabat mati syahid. Padahal diperang sebelumnya (Perang Badar) ummat islam meraih kemenangan yang gemilang atas kafir quraisy. 
Ada pelajaran menarik yang bisa kita ambil dari surat Ali Imran ayat 140 diatas dan peristiwa kekalahan pasukan muslim didalam perang uhud yang menjadi sebab diturunkan ayat ini. Yaitu bahwa sudah menjadi ketetapan Allah swt bahwa kejayaan dan kehancuran akan dipergilirkan oleh Allah swt. Dan dua kondisi tersebut (kejayaan dan kehancuran) merupakan bentuk ujian yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia untuk menguji keimanan kita. Dimana lulus atau tidaknya dalam ujian tersebut adalah tindakan kita dalam menyikapi dua kondisi tersebut. Maka seorang muslim yang benar imannya dan selamat aqidahnya haruslah bertindak tepat dalam dua kondisi diatas. Yaitu, bersyukur ketika derajatnya diangkat oleh Allah swt dan bersabar saat diuji dengan kesulitan. Bukan malah menjadi sombong disaat menuai keberhasilan dan menjadi kufur serta mengingkari nikmat Allah saat ditimpa kesulitan.

Jika terhempas dilautan duka
Tegar dan sabarlah tawakal pada-Nya
Jika berlayar disuka cita
Ingatlah tuk selalu syukur pada-Nya
(Potongan Lirik lagu dari Gradasi dengan judul Kupinang Engkau Dengan Al-Qur'an )

Semoga kita semua menjadi muslim yang mampu menjalani setiap ujian yang diberikan oleh Allah swt....

Allahu a'lam bisshowwab

Tuesday 14 October 2014

Catatan Ini Tentang Amanah

Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari fragmen - fragmen kehidupan rasul saw dan para sahabatnya. Menjadi kewajaran jika begitu banyak pelajaran yang kita ambil dari orang - orang mulia tersebut. Karena Allah swt sendiri sudah memuji Generasi awal ummat islam ini sebagai generasi terbaik...

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.




(QS Ali Imran : 110)


Keteladanan yang diajarkan oleh Rasul dan para sahabatnya adalah keteladanan yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, Termasuk keteladanan dari orang - orang terbaik tersebut dalam aspek gerakan dakwah serta berbagai hal yang terkait dengan dakwah. Salah satu keteladanan dari para sahabat Rasul yang bisa kita ambil pelajaran dan keteladanan adalah tentang amanah. Setidaknya kita bisa belajar dari dua orang Sahabat rasul tentang amanah, yaitu Abu dzar Al Ghifari dan Khalid bin walid.


***

Didapatkan riwayat dari Abu Dzar Al Ghifari radliallahu ‘anhu. Ia berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim no. 1825)

Dari hadist tersebut ada satu pelajaran penting yang bisa terkait amanah. Yaitu, amanah (kepemimpinan) adalah sesuatu yang harus dipikul atau diberikan kepada orang - orang yang benar layak untuk memikulnya. Amanah (kepemimpinan) adalah hal yang berat, sehingga haruslah orang - orang yang "kuat" yang seharusnya diberikan amanah. Karena sejatinya, amanah kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat nanti. Dan jika amanah yang berat ini dipegang atau diserahkan kepada orang - orang yang lemah (tidak layak), maka kehinaan dan penyesalan yang akan diderita orang tersebut di hari kiamat nanti. Sehingga dapat diambil satu kesimpulan mengenai amanah adalah, amanah harus diberikan hanya kepada mereka yang benar - benar layak untuk mendapatkannya.

Kekuatan yang dimaksud untuk menilai layak atau tidaknya seseorang memikul amanah kepemimpinan tidak seutuhnya berkaitan dengan kekuatan fisik. Tapi kekuatan yang berkaitan dengan kualitas pribadi seseorang. Dimana kualitas pribadi inilah yang akan menunjang performa seorang pemimpin dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Setidaknya ada beberapa aspek yang mesti diperhatikan dalam hal kualitas pemimpin. 
1. kualitas keislaman (ruhiyah dan amal yaumi), 
2. memiliki ilmu untuk melakukan ijtihad terhadap masalah - masalah yang dihadapi, 
3. Adil dalam segala aspek, berakhlaq mulia dan dapat memegang amanah
4. Kematangan mental dan kekuatan fisik
5. Memiliki pengalaman dalam bidang yang ia pimpin 

Menjadi pemimpin merupakan amanah yang berat, menadi pemimpin berarti memikul tanggung jawab yang besar oleh karena itulah, berhati - hatilah dalam menentukkan pilihan dalam memilih pemimpin. Amanah kepemimpinan bukanlah sesuatu yang harus dicari dengan penuh ambisi tapi ketika kepemimpinan itu diserahkan kepada kita, maka menolaknya bukanlah sesuatu yang baik. 

Yang kedua, mari kita belajar dari seorang Khalid bin Walid Sang pedang Allah. Ada satu pelajaran yang amat sangat berharga terkait amanah dari kisah perjalanan hidup seorang Khalid dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang diberikan kepadanya. Disaat puncak kecermerlangannya dalam menjalankan amanah sebagai seorang panglima perang, disaat tidak ada perang yang tidak dimenanginya ketika ia menjadi panglima perang, Sang Khalifah Umar bin Khaththab ra mengeluarkan keputusan untuk mengganti Khalid dari posisi panglima perang dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dan pelajaran yang begitu luar biasa dari seorang Khalid yang bisa kita ambil adalah tidak adanya setitik pun kekecewaan pada diri Khalid bin walid kepada sang Khalifah yang menggatinya secara tiba - tiba. 

Inilah pelajaran penting yang harus selalu diingat oleh setiap aktivis dakwah yang diberikan amanah kepemimpinan. Karena sejatinya kepemimpinan adalah sebuah amanah, maka janganlah ada rasa memiliki yang berlebihan dari amanah tersebut. Sehingga sangat berat untuk melepaskannya. Karena kita adalah seseorang yang berdakwah dan menjalankan amanah kepemimpinan karena Allah swt, maka sejatinya kita harus siap jika diberikan amanah kepemimpinan. Dan karena amanah kepemimpinan yang kita jalankan karena Allah swt, maka jangan ada rasa kekecewwaan didalam hati kita jika memang amanah kepemimpinan tersebut tidak diberikan kepada kita dengan berbagai pertimbangan. Karena sejatinya yang dinilai oleh Allah swt bukan semata masalah dimana posisi kita dalam berkontribusi dalam dakwah, sebagai pemimpin kah atau sebagai jundikah. Tetapi, sejatinya yang dinilai oleh Allah swt apa kontribusi yang kita lakukan didalam dakwah. Baik sebagai pemimpin maupun jundi tetap akan mendapatkan balasan dari Allah swt sesuai kontribusi yang mereka lakukan.

Sebagai aktivis dakwah, kita layaknya potongan - potongan batu bata yang siap ditempatkan dimana saja dibangungan dakwah. Siap untuk ditempatkan dibagian puncak bangunan dan siap juga jika ditempatkan dipojok bangunan. Jangan sampai ada rasa jumawa ketika ditepatkan dipuncak dan hilangkanlah rasa sakit hati jika kita dengan sejuta potensi justru ditempatkan dibagian bawah, mari kita belajar dari seorang Khalid bin Walid yang tidak ada sedikitpun rasa kecewa ketika dicopot dari puncak "karir" kemiliterannya...