Tuesday 5 February 2013

Dari Sinilah "Mereka" Datang



Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.
 (QS Al-A”rah: 163)

Bagi seorang muslim, ujian yang datang dari Allah swt merupakan sebuah keniscayaan yang akan mereka hadapi. Karena ujian tersebutlah sebagai penanda antara orang – orang yang beriman dan tidak. Dengan ujian yang ada itulah kualitas pribadi seseorang dapat diukur. Bahkan setelah sebuah ujian berhasil dilewati oleh seseorang maka ia akan menghadapi ujian lainnya yang jelas dari segi bobot kesulitan akan jauh lebih berat. Karena ketika seseorang telah mampu menghadapi ujian maka ia seperti seorang pelajar yang sudah “naik kelas” dan barang tentu akan tetap ketemu lagi dengan ujian dikelas berikutnya yang lebih tinggi. 

Ujian yang ada tidak akan bisa kita selesaikan dengan cara menghindar. Karena kemanapun kita berlari,dimanapun kita bersembunyi ujian itu akan tetap bisa mengejar kita, akan tetap bisa menemukan kita. Karena bagi orang – orang yang lurus aqidahnya,ujian datangnya dari Allah swt. Dan Allah swt maha kuasa untuk mengatur segala apa yang ada dilangit dan dibumi. Allah swt maha mengetahui apa yang ada dilangit dan dibumi,sehingga tidak ada ruang lagi bagi kita untuk sembunyi. Allah swt maha berkehendak,sehingga segala sesuatu akan terjadi sesuai kehendakNya. 

Kita tidak bisa menghindar dari masalah dan ujian,sehingga hal yang paling logis yang bisa dilakukan oleh manusia dalam menyikapi ujian yang ada adalah “menghadapinya”. Ya, ujian tersebut harus dihadapi dan kita harus menjadi pribadi yang berhasil melewati ujian yang ada. Hadapilah ujian yang ada dan jadilah pribadi yang unggul dengan cara mampu menyelesaikan ujian yang diberikan Allah swt. Jangan menjadi pribadi yang lemah dengan larut dalam kegalauan meratapi diri yang sedang ditimpa ujian. Janganlah menjadi pribadi yang lemah dengan jalan menjauhkan diri dari Allah swt. Karena ciri orang yang berhasil menghadapi ujian dengan baik adalah kualitas pribadinya jauh lebih baik sebelum ditimpa ujian. 

Kita memang tidak bisa menolak datangnya ujian dari Allah swt, tapi setidaknya melalui ayat – ayat cintaNya, Allah swt telah memberikan gambaran seperti apa ujian itu akan diberikan kepada hambaNya. Dalam potongan ayat diatas kita menemukan kalimat “Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” Sepertinya Allah swt hanya akan menguji kita pada titik terlemah seorang manusia. Pada ayat diatas menceritakan tentang orang – orang yang malas beribadah pada hari sabtu,karena pada hari itulah justru ikan banyak datang. 

Karena itu mari melihat dimana titik lemah kita. Menyadari dimana kelemahan diri kita itulah cara awal kita agar dapat menghadapi setiap ujian yang akan datang menghampiri. Ayat ini mengajarkan kita, ujian datang di titik lemah. Siapa yang lemah di bidang lawan jenis, seks dan segala yang sensual tidak diuji di bidang keuangan, kecuali ia juga lemah disitu. Yang lemah dibidang keuangan, jangan berani-berani memegang amanah keuangan kalau kamu lemah di uang hati-hati dengan uang. Yang lemah dalam gengsi, hobi popularitas, riya’ mungkin– dimasa ujian – akan menemukan orang yang terkesan tidak menghormatinya. Yang lidahnya tajam dan berbisa mungkin diuji dengan jebakan-jebakan berkomentar sebelum tabayun.Yang lemah dalam kejujuran mungkin selalu terjebak perkara yang membuat dia hanya ‘selamat’ dengan berdusta lagi. Dan itu arti pembesaran bencana.

Maka setelah kita mengenal dimana kelemahan diri kita, hal selanjutnya yang haus dilakukan adalah menumbuhkan azzam yang kuat untuk melewati setiap ujian tersebut. Kalau mereka bisa melewatinya dengan azam yang kuat, akan seperti kapal pemecah es. Bila diam salju itu tak akan me-nyingkir, tetapi ketika kapal itu maju, sang salju membiarkannya berlalu. Kita harus menerobos segala hal yang pahit seperti anak kecil yang belajar puasa, mau minum tahan dulu sampai maghrib. Kelezatan, kesenangan dan kepuasan yang tiada tara, karena sudah berhasil melewati ujian dan cobaan sepanjang hari.