Waktu
adalah sesuatu yang berjalan secara relatif. Dalam sebuah kondisi kita dapat
merasakan waktu berjalan amat sangat lambat. Dan dikondisi lain kita merasakan
waktu bergerak dengan sangat cepat. Padahal, dalam setiap kondisinya kita tetap
menjalani waktu 1 hari yang sama, 1 jam yang sama, 1 menit yang sama dan 1
detik yang sama. Yang membedakan biasanya adalah kondisi serta perasaan yang
kita rasakan dalam menjalani waktu yang ada. Dua hal tersebutlah yang bisa
membuat kita merasa waktu berjalan dengan amat sangat cepat ataupun lambat. Sehingga
kita sendirilah yang bisa membuat waktu terasa lebih panjang ataupun terasa
lebih singkat.
Namun
ada satu hal yang tidak dapat kita lakukan terhadap waktu ialah, kita tidak
akan pernah bisa kembali lagi ke setiap detik yang telah kita lalui. Sekeras
apapun kita berusaha, sebanyak apapun harta yang kita keluarkan kita tidak akan
pernah mampu “membeli” lagi setiap waktu yang telah kita habiskan. Sehingga
wajar ulama mengatakan bahwa hal yang paling jauh didunia ini adalah masa lalu.
Karena kita tidak akan pernah bisa untuk kembali lagi kemasa itu.
Waktu
dalam definisi yang diberikan oleh ustadz Anis Matta dalam bukunya “Delapan
Mata Air Kecemerlangan” adalah batas
masa kerja yang membentang antara kelahiran dan kematian. Hal lain yang
menjadikan waktu adalah sesuatu yang menarik adalah Allah swt membuka salah
satu surat didalam Al Qur’an dengan sebuah sumpah tentang waktu.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS Al – Ashr : 1- 3)
Dimana
para ulama tafsir menjelaskan jika Allah swt bersumpah dengan salah satu
makhluk-Nya, maka makhluk itu pastilah makhluk itu mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Seperti misalnya, dalam beberapa surat
Allah swt bersumpah dengan langit dan bumi, matahari dan bulan. Dan benar saja
keempat hal tersebut merupakan hal – hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Dan Allah swt telah bersumpah dengan waktu, oleh karena itu kita mesti
sadar betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia.
Akumulasi
dari keunikan dan keistimewaan dari waktu seharusnya menjadikan kita sadar betapa
penting bagi kita manusia untuk dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
oleh Allah swt dengan sebaik – baiknya. Betapa penting bagi kita untuk mengisi
setiap detik yang berlalu dengan kebaikan serta hal – hal yang bermanfaat
sehingga waktu yang berjalan tidak terasa sia – sia. Betapa penting bagi kita
untuk menggunakan waktu yang ada untuk hal – hal yang berguna bagi diri kita
sendiri dan lingkungan sekitar agar tidak ada penyesalan atas waktu yang kita
lalui. Betapa penting bagi diri kita untuk memanfaatkan waktu yang sudah
diberikan oleh Allah swt untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan serta
memperbanyak amal sholeh kita agar ketika waktu kita hidup didunia telah habis
kita membawa bekal yang cukup untuk kembali menghadap-Nya.
Dalam
Al Qur’an surat Al – Ashr, dimana Allah swt membuka surat ini dengan sumpah
terhadap waktu diayat pertama dan dilanjutkan dengan informasi dari Allah swt
bahwa manusia berada dalam kondisi rugi diayat kedua. Ini menanjadi peringatan
untuk kita semua, dalam hal yang berkaitan dengan penggunaan waktu, manusia
berada dalam kondisi yang rugi. Tetapi, Allah swt menutup surat ini dengan ciri
– ciri orang yang tidak mengalami kerugian dalam menjalani waktu yang diberikan
oleh Allah swt, yaitu : beriman, beramal sholeh, menasehati dalam kebenaran dan
menasehati dalam kesabaran. Keempat hal inilah yang menjadi pembeda antara
orang – orang yang mengalami kerugian dalam menjalankan waktu yang diberikan
ataupun orang – orang yang mendapatkan keuntungan atas waktu yang diberikan.
Iman
adalah paduan antara pengetahuan dan keyakinan tentang Allah swt serta
kebenaran – kebenaran yang diturunkanNya. Pengetahuan yang kta miliki tentang
Allah swt haruslah berujung kepada keyakinan. Karena tidak akan ada artinya
jika pengetahuan yang dimiliki tidak berujung pada keyakinan. Tetapi
sebaliknya, kita tidak akan pernah bisa membangun sebuah keyakinan yang kokoh
tanpa didasara oleh pengetahuan atas apa yang ingin kita yakini. Sebab
penegtahuan berkaitan dengan dimensi akal dan keyakinan berkaitan dengan
dimensi hati. Sedangkan amal shaleh merupakan pembuktian terhadap pengetahuan
dan keyakinan yang dimiliki melalui tindakan dan prilaku keseharian.
Menasehati
dalam kebenaran adalah sebuah tindakan yang membuat seseorang berpartisipasi
aktif dalam proses perbaikan kondisi masyarakatnya. Karena didalam
kebermanfaatan seseorang terhadap orang lain adalah menjadi hal yang penting
untuk dilakukan. Dan sebagai seorang muslim kebermanfaatan itu ditunjukkan
dengan saling mengajak atau menasehati dalam hal – hal kebaikan. Sehingga
dengan kata lain, aktivitas menasehati dalam kebenaran dapat diungkapkan dengan
satu kata yaitu “dakwah”. Berperan aktif dalam aktivitas dakwah merupakan salah
satu ciri dari orang yang beruntung dalam menjalani waktunya.
Menasehati
dalam kesabaran menjadi hal penting untuk mendapatkan keuntungan dalam
menjalani waktu yang kita miliki. Karena berbicara tentang peningkatan keimanan
yang berkaitan dengan pengetahuan dan keyakinan, berbicara tentang peningkatan
kualitas dan kuantitas amal sholeh serta berbicara tentang aktivitas dakwah
dimasyarakat tentunya tidak akan pernah lepas dari yang namanya ujian dan
tantangan yang sewaktu – waktu dapat merusak keimanan kita serta menghentikkan
aktivitas amal sholeh serta aktivitas dakwah yang kita lakukan. Oleh karena
penilaian terhadap waktu yang kita jalani tidaklah dilakukan diawal ataupun
ditengah kehidupan kita. Tapi melainkan sampai akhir waktu kita hidup, maka
sangat penting menjaga konsistensi kita dalam keimanan, amal sholeh serta aktivitas
dakwah. Konsistensi atau juga yang sering kita sebut dengan kesitiqomahan kita
dalam melakukan hal – hal tersebut akan terwujud dengan kesabaran.
Selanjutnya,
mari kita mengevaluasi diri kita sendiri dalam rentang waktu yang telah kita
jalani, mempertanyakan kepada diri kita sendiri bagaimana kondisi keimanan
kita? mempertanyakan kepada diri kita sendiri bagaimana kualitas dan kuantitas
amal sholeh yang kita lakukan? Tanyakan kepada diri kita sendiri, sudahkah kita
berkontribusi dalam aktivitas dakwah? Tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah
kita telah menjalankan hal – hal tersebut dengan konsisten?
Karena
kita tidak pernah tahu berapa “jatah” waktu kita hidup yang diberikan oleh
Allah swt. Karena kita tidak pernah tahu kapan ruh kita akan berpisah dengan
jasad kita. Maka marilah senantiasa kita mengisi waktu yang kita miliki untuk
meningkatkan keimanan, amal sholeh dan memberikan kontribusi terbaik kita dalam
aktivitas dakwah serta sabar dan konsisten dalam menjalankan hal – hal
tersebut. Sebagai penutup mari kita ingat dan renungkan lagi sebuah hadist dari
Rasulullah saw berikut ini :
Dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau berkata kepada seorang
laki-laki untuk menasihatinya : ”Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan
yang lain) : Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu
sebelum waktu sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum
miskinmu” [HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi].
Maraji’
Al
Qur’an terjemah Departemen Agama
Delapan
Mata Air Kecemerlangan, Anis Matta Lc