Wednesday 25 July 2012

BIODIESEL


1.1  Biodiesel
Biodiesel adalah sejenis bahan bakar alternatif yang termasuk kedalam jenis bahan bakar bakar nabati (BBN). Bahan bakaunya dapat berasal dari berbagai jenis sumber daya nabati,yaitu kelompok minyak dan lemak,seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, kacang tanah, jarak pagar hingga minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan untuk membuat biodiesel.
Ditinjau dari bentuknya bahan bakar nabati bisa berbentuk padat, gas atau cair. Seperti juga dengan bahan bakar minyak,BBM cair adalah yang paling luas dan fleksibel dalam penggunaannya,yaitu :
1.      Bioetanol : dibuat dari ubi kayu atau tetes tebu yang digunakan sebagai bahan campuran bensin atau secara nurni untuk gasohol.
2.      Biodiesel : digunakan sebagai pengganti atau pencampur solar untuk mobil, alat pertanian, mesin industri yang bermesin diesel.
Penggunaan biodiesel memiliki peranan yang cukup penting dalam ketahana energi nasional. Hal ini disebabkan karena jumlah bahan baku untuk membuatnya tersedia dalam jumlah yang sangat banyak dan dapat diperbaharui (renewble) serta emisi yang dihasilkan biodiesel jauh lebih rendah dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil lainnya. Biodiesel mempunyai karakteristik emisi seperti berikut :
1.      Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100%
2.      Emisi sulfur berkurang 100%
3.      Emisi debu berkurang sekitar 40% - 60%
4.      Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10%-50%
5.      Emisi hidrokarbon berkurang 10% - 50%
6.      Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) berkurang terutama PAH yang beracun,benzofloroanthen berkurang 56%, benzapyren berkurang 71% serta aldehida dan senyawa aromatik berkurang 13%.
7.      Meningkatkan emisi nitro oksida (NOx) sebesar 5 – 10% tergantung umur mesin dan modifikasi mesin.
1.2  Karakteristik Biodiesel
Biodiesel memiliki gravitasi spesifik (spesifik gravity) kira – kira 0,88 lebih berat dibandingkan gravitasi spesifik solar yaitu sekitar 0,82 – 0,87. Oleh karena ini dianjurkan untuk menuangkan biodiesel diatas solar dan bukan sebaliknya ketika akan dilakukan pencampuran secara mekanik seperti pengadukkan sebagainya. Biodiesel tidak mengandung nitrogen dan senyawa aromatik dan hanya mengandung kurang dari 15 ppm sulfur. Biodiesel mengandung seikitar 11%  oksigen dalam persen berat yang keberadaan mengakibatkan berkurangnya monoksida, partikulat,hidroksida dan jelaga. Kandungan energi kira – kira 10% lebih rendah dari solar.
Kestabilan yang rendah dari suatu biodiesel dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, menaikkan viskositas dan terbentuknya gums dan sendimen yang dapat menyumbat saringan bahan bakar. Biodiesel memiliki sifat melarutkan  (solvency). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan, dimana jika digunakan pada mesian diesel yang telah lama menggunakan solar dan dalam tangkinya terbentuk sedimen dan kerak,maka biodiesel akan melarutka kerak tersebut sehingga dapat menyumbat saluran dan saringan bahan bakar. Selain itu, material seperti kuningan, tembaga, timah dan seng dapat mengoksidasi biodiesel da menghasilkan sedimen.
Biodiesel murni memiliki sifat pelumas yang sangat baik, bahkan campuran bahan bakar yang mengandung biodiesel dalam komposisi yang rendah masih memiliki sifat pelumas yang jauh lebih baik. Seperti hanlnya bahan bakar diesel lainnya, biodiesel dapat berubah fasa menjadi “gel”  pada temperatur yang rendah. Biodiesel memiliki temperatur titik tuang (pour point) yang lebi tinggi yaitu sekitar -15oC – 10oC dibandingkan solar, -35oC sampai -10oC sehingga pemakaian biodiesel pada daerah  yang bertemperatur rendah kurang dianjurkan.
1.3  Proses Dan Reaksi Pembakaran
Secara umum, pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses atau reaksi oksidasi yang sangat cepat antara bahan baklar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan panas atau nyala dan panas. Bahan bakar (fuel) merupakan segala substansi yang melepaskan panas ketika dioksidasi dan secara umum mengandung unsru – unsur karbon (C),hidrogen (H),oksigen (O),nitrogen (N) dan sulfur (S). Sedangkan oksidator adalah segala substansi yang mengandung oksigen (misalnya udara) yang akan bereaksi dengan bahan bakar (fuel).
Dalam proses pembakaran fenomena – fenomena yang terjadi antara lain interaksi proses – proses kimia dan fisika, pelepasan panas yang berasal dari energi ikatan – ikatan kimia,proses perpindahan panas, proses perpindahan massa dan gerakkan fluida.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, proses pembakaran akan terjadi jika unsur – unsur bahan bakar teroksidasi. Proses ini akan menghasilkan panas sehingga akan disebut sebagai proses oksidasi eksotermis. Jika oksigen yang dibutuhkan untuk proses pembakaran diperoleh dari udara, dimana udara terdiri dari 21% oksigen dan 78 nitrogen, maka stoikiometri pembakaran hidrokarbon murni CmHn dapat ditulis dengan persamaan:
 CmHn + O2 + 3,76 N2 à mCO2 +  H2O + 3,76 N2
Persamaan ini telah disederhanakan karena cukup sulit untuk memastikan proses pembakaran yang sempurna dengan rasio ekivalen yang tepat dari udara. Jika terjadi pembakaran tidak sempurna, maka hasil persamaan di atas CO2 dan H2O tidak akan terjadi,tetapi terbentuk hasil oksidasi parsial berupa CO,CO2 dan H2O. Juga sering terbentuk hidrokarbon tak jenuh,formaldehida dan kadang – kadang terdapat juga karbon.
Pada temperatur yang sangat tinggi gas – gas pecah atau terdisosiasi menjadi gas – gas yang tidak sederhana, dan molekul – molekul dari gas dasar akan terpecah menjadi atom – atom yang membutuhkan panas dan menyebabkan kenaikkan temperatur. Reaksi akan bersifat endotermik dan disosiasi tergantung pada temperatur dan waktu kontak.

Thursday 19 July 2012

Catatan Hati untuk aktivitas ini

Dalam kurun beberapa waktu terakhir mulai terasa penurunan semangat dari para aktivis dakwah kampus, terutama dikampus saya sendiri. Setidaknya itu yang saya lihat semenjak saya masuk kuliah dan menjadi bagian dari aktivis dakwah kampus. serta saya juga membandingkan aktivitas dakwah yang dilakukan saat ini dengan cerita - cerita dari para generasi awal dakwah kampus disini.
terlihat sebuah perbedaan yang sangat mencolok, mulai dari sisi semangat (ghirah) dari para aktivisnya, militansi (jiddiyah) serta pengorbanan yang dilakukan. terlihat sangat berebda antara kondisi saat ini, keta'atan jundi terhadap qiyadah yang kurang dan kondisi masa lalu yang saya tahu lewat cerita dari para pendahulu dikampus ini. 
selain itu ada satu hal lagi yang terlihat begitu mencolok sekali penurunannya, yaitu ukhuwah. ikatan itu saat ini seakan semakin mengendor. ikatan itu sudah semakin renggang, sepertinya para aktivis hanya berhenti dan mengalami stagnansi pada tahapan ta'aruf. kita hanya saling kenal dan hanya sebatas tahu bahwa anda dan saya adalah aktivis dakwah yang berkecimpung di wajiha dakwah masing - masing. Tanpa disertai dengan saling memahami antara satu dengan yang lain.
Dampaknya adalah, kesalahan dan kesulitan dalam komunikasi sering kali terjadi dalam dakwah kampus disini. Sehingga dakwah yang diusung pun menjadi tidak produktif karena masalah komunikasi tersebut. banyak prasangka - pransangka yang muncul dikalangan aktivis dakwah sendiri. Yang akhirnya kita akan disibukkan dengan meluruskan prasangka - prasangka yang tidak akan pernah habisnya. Dan akhirnya dakwah yang diusung terbengkalai.
evaluasi sudah dilakukan, dan yang muncul dari pembahasan solusi tersebut adalah "pemahaman kader" yang kurang. pemahaman kader yang kurang tentang dakwah, tentang ukhuwah, tentang kejamaa'han, dan masih banyak kekurangan lainnya dari kader atau aktivis dakwah itu sendiri.
muncul sebuah pertanyaan yang cukup mengganjal, apakah akar permasalahan dakwah kampus kita terletak para kader itu sendiri? Apakah dakwah kampus yang sedang mengalami masalah disebabkan oleh para Kader yang notabene bertindak sebagai jundi? apakah semua ini salah kader yang notabenenya jundi? apakah jundi dapat dimintai pertanggung jawaban?
spertinya para qiyadah pun harus melakukan evaluasi diri. Karena yang dimintai pertanggung jawaban itu bukanlah jundi melainkan qiyadah atau pemimpin. kenapa pemahaman kader ini mulai menurun? kenapa banyak aktivis dakwah/kader/jundi yang seolah - olang "membangkang" dalam perspektif para qiyadah? kenapa dakwah kampus dikampus saya tidak lagi muntijah?
apakah ini disebabkan para jundi yang kurang paham? bagaimana dengan manajeman yang dilakukan oleh para qiyadah sendiri? apakah sudah tepat atau masih ada masalah disana. Ada masalah dari manajemen itu sendiris sehinggi mengakibatkan pemahaman kader menjadi tidak berkembang dengan seharusnya. kesalahan manajemen bisa berarti kesalahan dalam menerapkan manhaj, kesalahan dalam penjalanan program yang bertujuan meningkatkan tsaqofah kader, sehiungga yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
lantas apakah kesalahan itu ada pada jundi, ketika ada seorang atau beberapa orang jundi yang dalam perspektif qiyadah melakukan "pembangkangan" terhadap keputusan - keputusan qiyadah? bagaimana dari sisi qiyadah itu sendiri? apakah Qiyadah telah "memanusiakan" para aktivis dakwah yang tidak lain adalah para jundi. atau jangan - jangan yang dilakukannya mereka adalah menganggap para jundi merupakan robot yang diprogram untuk selalu ikut dengan apa yang dikatakan oleh qiyadah tanpa membuka ruang - runag diskusi dan penyerapan terhadap apa yang dipikirkan oleh para jundi/kader/aktivis dakwah.
intinya aktivis dakwah baik itu seorang jundi maupun qiyadah, merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. karena qiyadah pun bukan seorang Rasul seperti Rasulullah yang ma'sum. oleh karena itu ketika melakukan evaluasi sangat bijak kalau kita mampu memulai evaluasi dari diri kita sendiri.jangan langsung menilai kekuranagn orang lain. coba lihat diri kita sendiri terlebih dahulu, baik para qiyadah ataupun jundi.  coba mulai mengkoreksi diri sendiri.

menjadi pribadi menawan dengan bersabar


Hidup memang tidak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan. Tidak semua yang kita rencanakan dapat terjadi atau berjalan dengan baik. Akan selalu ada kendala dan masalah dalam setiap jalan kehidupan manusia. Kendala dan masalah tersebut merupakan ujian dari Allah swt untuk setiap hamba – hambaNya. Ketidak sesuaian antara apa yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan bisa jadi merupakan cara Allah swt untuk memberikan yang lebih baik dari yang kita harapkan dihadapan Allah swt atau cara Allah menjaga kita dari hal – hal yang buruk dimata Allah swt.
diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah :216)
Untuk mengahadapi semua itu diperlukan kesabaran. Sabar menghadapi masalah yang datang, sabar menghadapi hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan karena kita tahu Allah  swt akan memberikan hasil yang jauh lebih baik lagi kedepannya. Karena kesabaran merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pertolongan dari Allah swt :
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al baqarah :153)
Seseorang yang pribadinya dihiasi dengan kesabaran akan menjadi pribadi yang menawan. Seseorang yang menghiasi hari – harinya dengan kesabaran maka ia akan menjadi orang yang kokoh dan tegar dalam menjalani hidup. Seseorang yanng hari – harinya penuh dengan kesabaran maka ia akan menjadi prang yang dekat dengan Allah swt. Sebaliknya orang – orang yang tidak memiliki kesabaran dalam diinya, orang – orang yang dari tutur katanya,tidak mencerminkan kesabaran dalam perbuatannya akan kehilangan pesona keindahan dalam dirinya.
Setidaknya seseorang harus memiliki kesabaran didalam 3 (tiga) hal. Yaitu, sabar dalam meluuskan niat, sabar dalam menjalankan proses dan yang terakhir sabar dalam menghadapi hasil yang didapatkan. Dengan memiliki kesabaran seseorang akan dapat menjalani kehidupan dengan tenang. Karena dia akan merasa dekat dengan Allah swt, karena ia yakin bahwa Allah wt akan memberikan yang terbaik baginya setelah ia menjalani semua usaha dengan semaksimal mungkin. Dengan kesabaran sesorang merasa yakin bahwa apapun hasil yang dia dapatkan merupakan yang terbaik baginya dimata Allah swt.
Yang pertama, sabar dalam meluruskan niat diperlukan karena Allah swt hanya menerima amal atau perbuatan yang disertai dengan niat yang lurus karena Allah swt. Karena sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan niat memiliki posisi penting dalam penerimaan sebuah amal yang dilakukan oleh manusia. Sebuah pekerjaan yang baik tetapi diawali dengan niat yang salah maka pekerjaannya tersebut akan sia – sia. Jadi, sebelum melakukan sesuatu perhatikan niat kita. Luruskanlah niat disetiap awal kita hendak melakukan sesuatu. Niat yang lurus adalah niat yang ditujukan kepada Allah swt.
Ingin sekolah atau kuliah luruskan niat, untuk apa kita bersekolah atau kuliah? Kuliah untuk mencari keridhoan Allah swt. Kuliah agar mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk mencari keridhoah Allah swt dengan cara menggunakan ilmu yang didapatkan untuk kebaikan dan memberikan manfaat bagi orang banyak.
Ingin membeli kendaraan bermotor yang mahal dan mewah maka kita juga harus meluruskan niat untuk apa kita membeli kendaraan tersebut. Jangan sampai kita membeli sebuah kendaraan hanya untuk pamer dengan oang – orang, jangan sampai kita membeli kendaraan untuk sesuatu yang sia – sia bahkan untuk sesuatu yang membawa keburukkan.
Ketika ingin menjadi seorang pejabat, tanyakan niat kita untuk apa menjadi pejabat. Untuk apa kita mengejar sebuah posisi atau jabatan. Kalau niatnya sekedar ingin mendapatkan kekuasaan, kalau niat ingin mendapatkan harta, kalau niat menjadi pejabat hanya ingin dipuji dan hanya ingin dihormati oleh orang – orang. Sebaiknya jangan menjadi pejabat, karena kalaupun berhasil menjadi pejabat semuanya tidak akan barokah. Harta, kekuasaan, kehormatan dan lain – lain tidak akan mendapatkan kebrkahan karena diawali dengan niat yang tidak baik.
Bersabar dalam menjaga kelurusan niat dalam melakukan pekerjaan akan menentukkn bagaimana proses dalam menjalani pekerjaan tersebut dan juga pastinya hasil yang didapatkan. Sebuah pekerjaan yang diwalai dengan niat yang salah tidak akan mungkin dijalani dengan sebuah proses yang benar dan hasilnya pun tidak akan baik dimata Allah swt, tidak akan membawa hasil yang berkah. Orang yang mengawali pekerjaannya dengan niat yang lurus saja nelum tentu dapat terhindar dari cara – cara yang buruk dalam melakukan pekerjaannya apalagi orang – orang yang mengawali pekerjaan dengan niat yang salah tentunya akan amat sangat sulit mendapati orang tersebut melakukan dengan cara – cara yang baik dan benar.
Belajar atau sekolah misalnya, jika diawali dengan niat yang salah bukan karena Allah wt, maka dalam prosesnya pun akan ternoda dengan perbuatan yang tidak baik. Dalam prosesnya akan diwarnai dengan tindakan – tindakan curang seprti mencontek, kerja sama dalam ujian, membeli bocoran soal dan lain – lain. Sehingga hasil yang didapatkan, nilai yang keluar dan gelar yang diraih tidak berkah dimata Allah swt. Boleh jadi kita memiliki gelar akademik setelah kuliah bertahun – tahun, namun ternayata dihadapan Allah gelar tersebut tidak bernilai apa – apa karena diraih dengan niat dan proses yang salah. Dan masih banyak contoh lainnya yang dapat dikemukakan mengenai dampak dari lurusnya niat terhadap proses yang dijalani dan hasil yang didapatkan.
Selanjutnya setelah kita bersabar dalam meluruskan niat, maka yang diperlukan dan harus dilakukan oleh seorang muslim adalah bersabar dalam menjalankan proses dan usaha. Sabar dalam usaha adalah kita bersabar menghadapi setiap “kerikil” masalah dan kita bersabar dalam melewati “tebing” yang muncul dalam perjalanan hidup kita. Bersabar dalam berproses berarti sabar dalam menantikan akhir dari sebuah proses yang panjang karena kita yakin bahwa Allah swt akan memberikan sesuatu diwaktu yang tepat.
Bersabar dalam berproses menghindari kita dari sifat tergesa – gesa dalam mendapatkan hasil. Banyak orang yang tergesa – gesa ingin menikmati hasil dari setiap proses yang dijalaninya, padahal belum tentu apa yang kita anggap baik adalah hal yang baik dimata Allah swt.
Padahal kalau kita sadari sebenarnya menikmati hasil sangatlah singkat waktunya, yang lama adalah proses. Kita tidak bisa menikmati hasil dalam waktu lama karena hasil hanya dapat dinikmati dalam waktu singkat, jauh lebih singkat dibandingkan proses. Ibu hamil contohnya, melahirkannya tidak akan selama proses kehamilan. Dan ibu – ibu biasanya akan sangat menikmati poses kehamilan itu sendiri. Seandainya seoang ibu yang sedang hamil tidak memiliki kesabaran dalam proses kehamilannya, tergesa – gesa ingin segera melahirkan akan sangat fatal dampaknya.
Kesabaran dalam menjalani proses menunjukkan kualitas pribadi seorang muslim dalam menjalani ujian dari Allah swt. Setiap kebaikan yang kita lakukan pasti akan menimbulkan hal – hal buruk disekelilinginya yang dapat merusak perbuatan baik yang kta lakukan. Logikanya jika kita menanam padi, pastinya akan tumbuh rumput – rumpur liar disekitarnya. Begitu juga dalam menjalani proses untuk mencapai sesuatu, pasti akan timbul masalah  yang bisa merusak hasil yang kita dapat jika kita tidak memiliki kesabar4an dalam menghadapinya.
Masalah dan ujian dalam proses kehidupan adalah sesuatu hal yang pasti dihadapi. Karena ujian dan masalah merupakan sebuah proses pembuktian keimanan seorang muslim. Karena keimanan tidak hanya diyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan tetapi juga terejawantahkan dalam amal perbuatan. Dan orang – orang yang sabar dan berhasil menjalani ujian dengan baik itulah orang – orang yang teruji keimanannya.
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al ankabut : 1 – 3)
Ujian dalam menjalani proses itu adalah sebuah keniscayaan. Bukan bagaimana agar tidak mendapatkan masalah dalam menjalani proses tetapi bagaimana bisa menikmati proses yang dijalani dengan kesabaran sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal, minimal keberkahan dari Allah swt telah kita dapatkan dengan kesabaran kita.
Yang terakhir, ketika kita telah mampu menjaga kelurusan niat, bersabar dalam menjalani proses, maka seorang muslim harus memiliki dan harus mampu bersabar dalam menghadapi hasil yang didapatkan.
Setiap orang pasti ingin mendapatkan hasil yang terbaik. Namun sayangnya banyak orang yang mengukur hasil terbaik menurut prasangka dan tolak ukur mereka. Sehingga muncul anggapan dalam benak mereka bahwa hasil yang terbaik adalah minimal yang sesuai dengan mereka harapkan dan sesuai dengan yang direncanakan. Kurang dari itu merupakan hasil yang tidak baik.
Padahal kalo kita sadari bahwasanya pandangan manusia itu sangatlah sempit, terlebih untuk memandang apakah sesuatu itu baik baginya atau merupakan hal yang buruk baginya. Sehingga untuk ukuran apakah sebuah hasil itu baik atau buruk maka yang kita gunakan adalah penilaian dari Allah swt, karena bashirah atau pandangan Allah swt jauh lebih luas dan pasti kebenarannya dibandingkan dengan manusia.
diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah :216)
seorang pelajar atau mahasiswa yang telah belajar dengan baik ketika hendak menghadapi ujian dan ketika ujian dilaksanakan ia menjalaninya dengan jujur tanpa ternodai sedikitpun kecurangan. Namun, ternyata nilai yang didapatkan kecil bahkan paling kecil diantara teman – teman lainnya. Seorang muslim yang memiliki kesabaran dalam menyikapi hasil yang didapatkan maka akan timbul dua sikap dalam dirinya.
Pertama melakukan evaluasi terhadap dirinya. Seorang yang memiliki kesabaran dalam menyikapi hasil akan terhindar dari sikap menyalahkan orang lain, ia akan selalu menginstrospeksi dirinya sendiri tidak menyalahkan orang lain. Yang kedua orang yang mampu bersabar dalam menyikapi hasil tercermin dalam pikiran positifnya terhadap Allah swt. Ia yakin bahwa ketika ia telah melakukan segalanya dengan baik, maka Allah swt akan memberikan hasil yang terbaik. Tidak hanya terbaik dimata manusia tapi juga terbaik dimata Allah. Dan terbaik dimata Allah swt itulah yang seharusnya dicaro oleh umat islam.
Semoga kita menjadi pribadi yang dipenuhi dengan kesabaran sehingga mampu membuat kita menjadi pribadi yang menawan, menjadi pribadi yang mempesona dan selalu memiliki sikap optimis dan key6akinan dalam mnejalani kehidupan dan segala ujian dari Allah swt yang ada dalam kehidupan ini. Semoga kita semua menjadi pribadi – pribadi yang memiliki kesabaran sehingga keluarga kita, lingkungan kita dan negara kita menjadi lebih baik lagi.

Thursday 12 July 2012

Ramadhan “Bengkel” Besar Perbaikan Diri


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(QS Al Baqarah 183 – 186)
Ramadhan adalah sebuah momentum besar bagi umat islam dimana dalam sejarahnya dibulan ini lah untuk pertama kalinya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi umat islam diturunkan. Dan dibulan ini pula seluruh orang yang beriman diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa kecuali orang – oang yang mendapatkan keringanan seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 185.
Setidaknya ada 3 hal yang haus dicapai oleh seorang muslim dalam menjalankan ibadah puasanya selama bulan ramadhan seperti yang tergambarkan didalam surat al baqarah ayat 183 s/d 186.yaitu agar menjadi orang – orang yang betakwa, menjadi orang – orang yang bersyukur dan  menjadi orang – orang yang berada didalam kebenaran. Itulah tiga tujuan yang harus dicapai oleh orang – orang yang beriman dalam menjalankan puasanya.
Ramadhan adalah salah satu proses dari perbaikan diri seorang muslim bukan puncak ibadah yang dilakukan orang muslim. Sukses atau tidaknya seorang muslim menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan tidak hanya diukur hanya dengan apakah mampu berpuasa sebulan penuh, berapa kali khatam membaca al qur’an atau menjalankan ibadah shalat malam dengan rutin. Tetapi lebih dari itu, seorang muslim yang menjalani ibadah puasa harus mampu mendapatkan ketiga hal diatas yaitu menjadi orang yang bertakwa, menjadi orang yang bersyukur dan menjadi orang yang berada dijalan kebenaran.
Hasil dari seorang yang berpuasa akan terlihat di sebelas bulan selain bulan ramadhan. Bagaimana seorang manusia menjalani kehidupannya dibulan ramadhan, tetapi juga sejauh mana ramadhan nantinya mampu merubah kehidupannya setelah ramadhan kearah yang lebih baik lagi. Karena kita mungkin tidak hidup hanya dibulan ramadhan. Oleh karena itu sangat penting bagi kita tetap menjaga keimanan dan ketakwaan diluar ramadhan.
Ramadhan adalah sarana pelatihan dan perbaikan bagi diri kita, maka sudh seharusnya ada sebuah peningkatan dari kualitas diri seorang muslim yang menjalankan ibadah puasanya. Setelah ia keluar dari “training center” bernama “ramadhan” selama sebulan penuh, sudah seharusnya ia menunjukkan sebuah peningkatan kualitas diri dari sebelum ia masuk dan menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan.
Peningkatan kualitas diri ini akan kita raih bilamana kita benar – benar serius dalam menjalani ibadah puasa ini. Bersungguh – sungguh dalam membiasakan diri melakukan ibadah – ibadah harian. Karena ketika kita telah mampu membiasakan diri dengan amalan harian dibulan ramadhan maka tidak akan sulit untuk membiasakannya dibulan – bulan laindiluar ramadhan.
Disnilah kita benar – benar dilatih untuk membiasakan diri dalam beribadah kepada Allah swt. Tidak hanya dilatih untuk terbiasa beribadah kepada Allah swt. Dibulan ini juga kita dilatih untuk berdisiplin diri dalam menjalankan segala aktivitas kita termasuk aktivitas ibadah kita. Kita dilatih untuk disiplin waktu makan kita, dan sangat penting bagi kita untuk menerapkan kedisiplinan ini diluar bulan ramadhan.
Inilah bulah dimana kita di tarbiyah dengan ibadah – ibadah kita, kita dilatih agar mampu menjadi pribadi yang disiplin dan semua itu hanya akan mampu kita jalani dan “menular”kan semangat dibulan ramadhan dengan kesungguhan dan keikhlasan didalam diri. Kita mesti bersungguh – sungguh agar kebaikan – kebaikan yang ada dibulan ramadhan mampu kita lakukan diluar bulan ramadhan. Itulah kemenangan yang diraih oleh seorang muslim.
Menjadi orang yang bertakwa, menjadi orang yang bersyukur dan menjadi orang yang berada didalam kebenaran itu tidak hanya selama orang menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan. Tetapi ketiga hal itumerupakan hasil yang terlihat diluar bulan ramadhan setalah orang – orang yang beriman menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Maka sekali lagi disampaikan berhasil atau tidaknya seseorang menjalani ibadah puasa bukan hanya dilihat dari selama ia menjalani ibadah puasa tapi juga kepada sejauh mana ibadah – ibadah yang dilakukannya dibulan ramadhan mampu merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi yang memenuhi ketiga kriteria tersebtu.
Oleh karena itulah mari kita jadikan  ramadhan sebagai “bengkel” untuk perbaikan diri kita sehingga selepas bulan ramadhan kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah kita seperti ketika kita menjalankan ibadah dibulan ramadhan.
Jangan sampai kita menjadi pribadi – pribadi yang merugi dengan tidak mampu memanfaatkan momentum ramadhan ini sebaik – baiknya. Karena tidak ada perubahan yang dirasakan selepas kita dari bulan ramadhan. Atau dengan kata lain kualitas diri dan kualitas serta kuantitas ibadah kita tidak mengalami perubahan setelah melewati bulan ramadhan.  Atau bahkan jangan sampai kita menjadi orang – orang yang celaka karena kita menjadi pribadi yang lebih buruk setelah menjalani ibadah puasa dibulan ramadhan. Karena ibadah kita terus merosot setelah bulan ramadhan, na’udzubillah min dzalik.
Semoga kita dapat menjalani ibadah puasa dibulan ramadhan ini dengan sebaik – baiknya dan mampu mengukir prestasi terbaik dibulan ini. Karena belum tentu kita akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan ramadhan ditahun depan. Lebih dari itu semoga kita dapay memanfaatkan ramadhan sebagai sebuah momentum sebagai sebuah “bengkel” untuk memperbaiki diri kita.sehingga ketika kita telah melewati bulan ramadhan dan bertemu dengan idul fitri, kita benar – benar menjadi pribadi yang bersih kembali pada fitrahnya dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjadi pribadi yang bertakwa, menjadi pribadi yang mampu bersyukur dan mampu menjadi pribadi yang selalu berada dalam kebenaran. Amin ya Robbal A’lamin  

Saturday 7 July 2012

Adakah Batasan Taat kepada Pemimpin?


Keta’atan kepada ulil amri atau qiyadah dalam konteks kejama’ahan menjda salah satu unsur penting dalam gerakan jama’ah tersebut. Karena hal tersebut akan menentukkan sejauh mana para jundi mau ikut dan mengikuti setiap keputusan yang telah dibuat dan diputuskan oleh para pemimpin. Betapa pentingnya sebuah ketaatan sehingga ada sebuah prinsip yang mengatakan "Tidak ada Islam tanpa berjamaah, sementara tidak ada jamaah tanpa ada kepemimpinan, dan tidak ada kepimpinan tanpa ketaatan." Prinsip atau ungkapan ini menggambarkan bahwa dasar dari penggerak islam adalah ketaatan. Sejauh mana umat islam taat terhadap syariat –syariat silam, sejauh mana ketaatan umat islam terhadap perintah – perintah Rasul serta sejauh mana umat islam taat kepada perintah pemimpin umat islam itu sendiri.
Jika umat islam tidak memiliki ketaatan maka tidak akan muncul sebuah kepemimpinan, dan tidak ada persatuan dalam barisan jamaah sehingga jika tidak adanya persatuan dalam bentuk jamaah maka islam akan sangat mudah dihancurkan oleh musuh – musuh islam. Oleh karena itulah saat ini musuh – mush islam tersebut tengah berusaha bagaimana ketaatan yang dimiliki oleh umat islam ini bisa hilang sehingga mereka dengan mudah dapat mengahancurkan islam.
Oleh karena ketaatan ini merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oelh seorang muslim, maka Imam Syahid Hasan Al Banna menjadikannya salah satu dari 10 (sepuluh) rukun bai’at jama’ah ikhwanul muslimin. Karena jika seorang yang bergabung dalam sebuah barisan jama’ah tidak memiliki ketaatan, maka hal itu akan menyulitkan jama’ah itu untuk mencapai target – target dakwahnya dikarenakan orang – orang yang ada didalamnya hanya mau mengerjakan hal – hal yang mudah, atau hanya mau bekerja mengikuti perintah dikondisi – kondisi tertentu saja.
Seperti yang telah disampaikan oleh  imam syahid Hasan Al Bana mengenai definisi dari ta’at itu sendiri.  Ketaatan adalah melaksanakan perintah dan merealisir dengan serta merta,baik dalam keadaan sulit maupun mudah,saat bersemangat maupun malas. Dari pebgertian diatas dapat kita simpulkan bahwa ketaatan adalah sebuah bentuk pelaksanaan terhadap perintah yang diberikan disegala kondisi. Ketika ada orang yang mengerjakan perintah hanya pada keadaan yang mudah dan pada saat bersemangat saja tetap ketika dalam keadaan sulit ia enggan melaksanakan perintah maka hal tersebut tidak bisa dikatakan ta’at.
Keta’atan yang disebutkan diatas ditujukkan kepada Allah swt, Rasul dan Waliyul amr, seperti yang tertuang dalam Al-qur’an surat an nisa ayat 59:
  
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An nisa : 59)
Dalam ayat diatas, kita (orang – orang yang beriman) diperintahkan oleh Allah swt untuk ta’at kepada Allah swt, ta’at kepada Rasul dan juga ulil amri. Sehingga ayat ini menjadi landasan syar’i tentang keta’atan seseorang kepada orang lain (ulil amri).
keta’atan kepada Allah swt dan Rasulullah saw bersifat wajib. Tidak ada perdebatan dalam menta’ati Allah swt dan Rasul. Lantas bagaimana dengan keta’atan terhadap makhluk (ulil amri) terlebih dalam konteks kejama’ahan?
Inilah yang menjadi pembedanya. Jika keta’atan kepada Allah swt dan Rasul tidak ada batasan. Apa yang diperintahkan oleh Allah swt dan yang diperintahkan oleh Rasulullah saw, sebagai orang – orang yang beriman wajib untuk menta’atinya atau melaksanakan baik dalam keadaan mudah maupun sulit, baik dalam kondisi semangat ataupun malas. Untuk keta’atan terhadap ulil amri, ada batasan yang diberikan terhadahal ini, batasan tersebut ialah :
1.      Siapa yang memberi Perintah
Dalam ayat diatas (An Nisa ayat 59 ) terdapat kata “wa ulil amri minkum”  atau jika diterjemahkan “...dan ulil amri diantara kamu..” dan ayat ini dibuka dengan kalimat “hai orang – orang yang beriman...”  maka Allah swt dalam ayat ini telah memberikan batasan siapa saja yang boleh dita’ati selain Allah swt dan Rasul, yaitu kepada orang – orang yang beriman. kata – kata ini menjadi penegasan selain kepada Allah swt dan Rasul, kepada siapa keta’atan itu boleh diberikan. Sehingga jika perintah itu datang dari ulil amri yang merupakan orang beriman maka kita harus mengikuti perintahnya tersebut. Sedangkan jika yang menjadi ulil amri adalah orang yang tidak beriman maka kita tidak wajib untuk mengikuti perintahnya tersebut.
Hal ini juga menjadi pedoman bagi setiap muslim jika ingin memilih seorang yang akan dijadikan ulil amri. Kriteria keimanan haruslah menjadi pertimbangan serius, mengingat kita hanya diperntahkan untuk mengikuti dan ta’at kepada perintah seorang ulil amri yang beriman kepada Allah swt.
2.      Content atau isi dari perintah
Dalam hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan muslim :
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu)
Hadist diatas memberikan garis batas yang jelas tentang sejauh mana keta’atan yang boleh kita berikan kepada makhluk (manusia/ulil amri). Kita tidak boleh memberikan keta’atan kita untuk hal – hal maksiat kepada Allah swt karena keta’atan itu diberikan kepada manusia hanya untuk hal – hal kebaikan. Sehingga ketika ada ulil amri yang memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang melanggar syariat, maka kita wajib menolaknya dan kita juga berkewajiban untuk mengingatkan ulil amri tersebut akan kesalahannya dalam memberikan perintah. Tetapi ketika perintah itu tidak melanggar syariat maka kita selaku jundi wajib mengikuti perintah tersebut dalam kondisi apapun.
Jadi dapat disimpulkan bahw:
1.      Keta’atan kepada Allah swt dan Rasulullah saw bersifat mutlak.
2.      Keta’atan terhadap makhluk (ulil amri) tidak bersifat mutlak, ada batasan – batasan yang diberikan. Batasan – batasan tersebut ialah: yang pertama, siapa yang memberikan perintah, kita hanya boleh memberikan keta’atan kita kepada orang – orang yang telah terbukti keimanannya, karena itu dalam mengangkat seorang ulil amri faktor keimanan menjadi hal yang harus diperhatikan. Kita tdak wajib dan tidak boleh memberikan keta’atan kepada orang – orang yang tidak beriman. Yang kedua, isi perintah yang diberikan, kita tidak boleh ta’at dan melaksanakan perintah yang melanggar syariat. 
3. jadi jika perintah itu berasal dari pemimpin atau ulil amri yang sudah terbukti keimanannya dan perintahnya tidak beretentanag dengan syariat islam maka bagi para jundi wajib untuk mengikuti dan taat terhadap perintah tersebut.