Tuesday 8 December 2015

Don't Speak


Diam itu emas. Ungkapan tersebut sudah sangat jamak di kehidupan kita sehari – hari. Sehingga sangat wajar bila timbul persepsi didalam masyarakat bahwa mereka yang irit dalam berbicara memiliki nilai lebih. Sementara mereka yang terlalu banyak bicara cenderung mendapatkan persepsi negatif. Tapi benarkah demikian kenyataannya bahwa orang yang sedikit dalam bicara akan selalu lebih baik dibandingkan dengan orang yang terlalu banyak bicara?

Persepsi tersebut tidak muncul begitu saja, tentunya ada hal – hal yang melandasi munculnya pandangan tersebut. Karena logikanya tidak akan pernah ada yang namanya asap kalo tidak ada api. Terlalu banyak bicara merupakan sifat yang tidak baik. Sebab orang yang terlalu banyak bicara cenderung bersifat egois,kurang bijak dalam penyampaiannya serta kurang menunjukkan rasa empati. Sehingga rasa hormat lingkungan sekitar terhadap orang – orang yang terlalu banyak bicara cenderung berkurang.
Selain itu, keburukkan lainnya dari orang – orang yang terlalu banyak bicara adalah sulitnya untuk mendengarkan orang lain. Bahkan tidak jarang mereka yang memiliki sifat ini berupaya untuk menguasai sebuah forum dengan menggunakan cara – cara yang tidak etis. Misalnya dengan cara mencemooh penyampaian orang lain. Hal tersebut bertujuan untuk menarik perhatian peserta forum lainnya. Sudah tentu ada hati yang tersakiti dengan cara – cara tersebut.

Terakhir, orang – orang yang banyak bicara sering mendapatkan persepsi negatif dari masyarakat karena pada prinsip dasarnya semakin banyak kita berbicara maka akan semakin banyak kesalahan dari apa yang kita bicarakan. Orang yang sudah terlanjur punya sifat banyak bicara maka sangat sering kita temui orang – orang tersebut tidak memikirkan dengan matang apa yang ia bicarakan. Ucapan – ucapan yang keluar dari lisannya seakan tidak melalui proses berfikir lagi apa tujuan dari hal yang dibicarakan atau paling tidak apakah tidak ada hati yang terluka dengan kata – kata yang keluar dari lisan ini. 

Oleh karena hal – hal diatas tersebut maka saya merupakan satu dari sekian banyak manusia yang memandang sifat banyak bicara merupakan sifat yang buruk dan penting untuk kita hindari. Tetapi menghindarkan diri dari sifat terlalu banyak bicara tidak lantas menjadikan kita orang yang pendiam apalagi cenderung tertutup. Sebab antara pendiam dan tidak banyak bicara bagi saya adalah dua hal yang berbeda.
Bagi saya pribadi pendiam merupakan sifat orang yang tidak mampu mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan kepada orang lain dengan berbagai faktor. Pendiam bagi saya adalah lebih karena kondisi internal dalam dirinya yang sulit untuk membuat dia berkata – kata didepan orang lain. Sementara tidak banyak bicara adalah kondisi dimana seseorang mampu untuk berbicara dan menyampaikan pandangannya tetapi ia memilih untuk diam karena berbagai pertimbangan. Dimana timbangan utama yang digunakan adalah timbangan maslahat dan mudharat. Bagi mereka yang tidak banyak bicara, diam ataupun berbicara merupakan tindakan yang mana setiap tindakan akan menimbulkan akibat – akibat tersendiri. Sehingga mereka setidaknya telah memikirkan apa akibat dari keluarnya kata – kata yang keular dari lisan mereka. Beda halnya dengan mereka yang pendiam. Diamnya mereka bukanlah hasil dari pilihan tetapi murni karena ketidak mampuan diri mereka sendiri. Padahal didalam hatinya menyimpang hasrat yang sangat besar untuk berbicara menyampaikan apa yang mereka pikirkan akan tetapi kemampuan jiwa mereka tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.

Secara sederhana perbedaan antara mereka yang pendiam dengan mereka yang tidak banyak bicara adalah sikap diamnya mereka yang tidak terlalu banyak bicara muncul dari hasil pemikiran dari akibat yang dihasilakan dari yang di ucapkan. Sementara mereka yang pendiam itu disebabkan masalah didalam dirinya sendiri yang memaksa dia sulit untuk menyampaikan pendapat.

Pendiam sebagai sebuah sifat tidaklah bisa kita masukkan kedalam kategori “diam itu emas”. Karena diamnya mereka yang memiliki sifat pendiam muncul karena ketidakmampuan untuk bicara bukan karena hasil pemikiran baik dan buruknya. Diam karena untuk menghindari masalah dan keributan, diam untuk menghindarkan dari keburukkan – keburukkan serta mudharat adalah hal yang baik dan perlu di apreisasi. Tetapi sebagai seorang manusia maka seharusnya kita tidak hanya cukup dengan diam. Yang mesti kita lakukan adalah memperbaiki apa yang salah, melakukan sesuatu agar tidak muncul masalah. Perbaikan dan penghindaran atas sebuah masalah adalah implikasi dari sebuah tindakan yang sangat sederhana bahkan mungkin sangat ringan yaitu berbicara. Maka sudah selayaknya kita memperbaharui lagi ungkapan – ungkapan yang ada dimasyarakat. 

Tidak hanya sekedar berkutat pada “Diam itu emas” tetapi kita harus sudah mulai melangkah pada jenjang yang lebih baik yaitu bicara yang baik itu berlian”. Sudah saatnya kita menjadi pribadi yang tidak banyak bicara bukan pribadi yang pendiam. Pribadi yang tidak banyak bicara adalah mereka yang mampu memikirkan sebab – akibat dari perkataannya. Mereka yang tidak banyak bicara adalah mereka yang sudah memiliki tujuan yang jelas dari penyampaiannya sehingga apa yang dia bicarakan mengandung kebaikan – kebaikan. Baik kebaikan untuk dirinya sendiri aupun bagi orang – orang yang mendengarkan.
Dan salah satu perkataan yang baik itulah perkataan – perkataan yang mengajak kita kepada kebaikan. Perkataan – perkataan yang mengingatkan kita kepada Sang Pencipta.
Maka “ berkatalah yang baik atau diam”

No comments:

Post a Comment