Sunday, 30 November 2014

HP Sejuta Ummat

Tulisan ini terinspirasi dari kondisi sebuah perusahaan telepon seluler. Sebuah perusahaan yang pernah merajai pasar ponsel diseluruh dunia. Begitu besarnya jumlah pengguna ponsel merk ini, maka merk ponsel yang satu ini mendapatkan julukkan "HP sejuta Ummat". Bukanlah sebutan yang mengada - ada, karena memang kebanyakan pengguna ponsel menggunakan merk ini. Paling tidak orang - orang terdekat dan orang - orang yang pernah saya temui kebanyakan memakainya. Salah satu hal yang menjadi penyebab kenapa merk ponsel tersebut dipakai banyak orang dari berbagai kalangan adalah begitu banyaknya jenis pilihan ponsel yang ada dan tentunya dengan variasi harga didalamnya. Sehingga, pangsa pasar dari perusahaan tersebut menjadi luas.

Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir mulai terjadi pergantian "penguasa" industri telpon seluler. Merk yang dulu disebut "HP sejuta ummat" mulai ditinggalkan karena kalah bersaing dengan handphone pintar yang berbasis android. Terlebih lagi dengan bermunculan berbagai produsen smartphone dengan harga yang "miring". Lambat laun perusahaan yang dulunya merajai industri telpon seluler mesti rela turun tahta dan puncaknya adalah perusahaan tersebut diakuisisi oleh sebuah perusahaan perangkat lunak terbesar diseluruh dunia milik seorang milyuner dari Amerika serikat Bill Gates.

***

Secara singkat apa yang dialami oleh perusahaan tersebut sama seperti ungkapan yang populer di masyarakat yaitu, "kehidupan itu seperti putaran roda, kadang berada diatas kadang berada dibawah" Kondisi yang dialami oleh perusahaan tersebut itu juga sering kali kita temukan dikehidupan yang ada disekitar kita. Atau bahkan kita sendiri pernah merasakannya. Merasakan betapa manisnya saat berada dipuncak kejayaan  serta merasakan betapa getirnya saat jatuh tersungkur dalam kegagalan. Dan bahkan, merasakan kegegalan setelah merayakan manisnya kemenangan pun pernah dialami oleh Rasulullah saw seperti yang diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 140 :

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
(QS Ali Imran : 140)

Ayat diatas menceritakan tentang kondisi ummat islam dalam perang uhud yang mengalami kekalahan, dimana dalam perang ini Rasulullah saw mendapatkan luka dan 70 sahabat mati syahid. Padahal diperang sebelumnya (Perang Badar) ummat islam meraih kemenangan yang gemilang atas kafir quraisy. 
Ada pelajaran menarik yang bisa kita ambil dari surat Ali Imran ayat 140 diatas dan peristiwa kekalahan pasukan muslim didalam perang uhud yang menjadi sebab diturunkan ayat ini. Yaitu bahwa sudah menjadi ketetapan Allah swt bahwa kejayaan dan kehancuran akan dipergilirkan oleh Allah swt. Dan dua kondisi tersebut (kejayaan dan kehancuran) merupakan bentuk ujian yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia untuk menguji keimanan kita. Dimana lulus atau tidaknya dalam ujian tersebut adalah tindakan kita dalam menyikapi dua kondisi tersebut. Maka seorang muslim yang benar imannya dan selamat aqidahnya haruslah bertindak tepat dalam dua kondisi diatas. Yaitu, bersyukur ketika derajatnya diangkat oleh Allah swt dan bersabar saat diuji dengan kesulitan. Bukan malah menjadi sombong disaat menuai keberhasilan dan menjadi kufur serta mengingkari nikmat Allah saat ditimpa kesulitan.

Jika terhempas dilautan duka
Tegar dan sabarlah tawakal pada-Nya
Jika berlayar disuka cita
Ingatlah tuk selalu syukur pada-Nya
(Potongan Lirik lagu dari Gradasi dengan judul Kupinang Engkau Dengan Al-Qur'an )

Semoga kita semua menjadi muslim yang mampu menjalani setiap ujian yang diberikan oleh Allah swt....

Allahu a'lam bisshowwab

Tuesday, 14 October 2014

Catatan Ini Tentang Amanah

Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari fragmen - fragmen kehidupan rasul saw dan para sahabatnya. Menjadi kewajaran jika begitu banyak pelajaran yang kita ambil dari orang - orang mulia tersebut. Karena Allah swt sendiri sudah memuji Generasi awal ummat islam ini sebagai generasi terbaik...

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.




(QS Ali Imran : 110)


Keteladanan yang diajarkan oleh Rasul dan para sahabatnya adalah keteladanan yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, Termasuk keteladanan dari orang - orang terbaik tersebut dalam aspek gerakan dakwah serta berbagai hal yang terkait dengan dakwah. Salah satu keteladanan dari para sahabat Rasul yang bisa kita ambil pelajaran dan keteladanan adalah tentang amanah. Setidaknya kita bisa belajar dari dua orang Sahabat rasul tentang amanah, yaitu Abu dzar Al Ghifari dan Khalid bin walid.


***

Didapatkan riwayat dari Abu Dzar Al Ghifari radliallahu ‘anhu. Ia berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanah. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim no. 1825)

Dari hadist tersebut ada satu pelajaran penting yang bisa terkait amanah. Yaitu, amanah (kepemimpinan) adalah sesuatu yang harus dipikul atau diberikan kepada orang - orang yang benar layak untuk memikulnya. Amanah (kepemimpinan) adalah hal yang berat, sehingga haruslah orang - orang yang "kuat" yang seharusnya diberikan amanah. Karena sejatinya, amanah kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat nanti. Dan jika amanah yang berat ini dipegang atau diserahkan kepada orang - orang yang lemah (tidak layak), maka kehinaan dan penyesalan yang akan diderita orang tersebut di hari kiamat nanti. Sehingga dapat diambil satu kesimpulan mengenai amanah adalah, amanah harus diberikan hanya kepada mereka yang benar - benar layak untuk mendapatkannya.

Kekuatan yang dimaksud untuk menilai layak atau tidaknya seseorang memikul amanah kepemimpinan tidak seutuhnya berkaitan dengan kekuatan fisik. Tapi kekuatan yang berkaitan dengan kualitas pribadi seseorang. Dimana kualitas pribadi inilah yang akan menunjang performa seorang pemimpin dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Setidaknya ada beberapa aspek yang mesti diperhatikan dalam hal kualitas pemimpin. 
1. kualitas keislaman (ruhiyah dan amal yaumi), 
2. memiliki ilmu untuk melakukan ijtihad terhadap masalah - masalah yang dihadapi, 
3. Adil dalam segala aspek, berakhlaq mulia dan dapat memegang amanah
4. Kematangan mental dan kekuatan fisik
5. Memiliki pengalaman dalam bidang yang ia pimpin 

Menjadi pemimpin merupakan amanah yang berat, menadi pemimpin berarti memikul tanggung jawab yang besar oleh karena itulah, berhati - hatilah dalam menentukkan pilihan dalam memilih pemimpin. Amanah kepemimpinan bukanlah sesuatu yang harus dicari dengan penuh ambisi tapi ketika kepemimpinan itu diserahkan kepada kita, maka menolaknya bukanlah sesuatu yang baik. 

Yang kedua, mari kita belajar dari seorang Khalid bin Walid Sang pedang Allah. Ada satu pelajaran yang amat sangat berharga terkait amanah dari kisah perjalanan hidup seorang Khalid dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang diberikan kepadanya. Disaat puncak kecermerlangannya dalam menjalankan amanah sebagai seorang panglima perang, disaat tidak ada perang yang tidak dimenanginya ketika ia menjadi panglima perang, Sang Khalifah Umar bin Khaththab ra mengeluarkan keputusan untuk mengganti Khalid dari posisi panglima perang dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dan pelajaran yang begitu luar biasa dari seorang Khalid yang bisa kita ambil adalah tidak adanya setitik pun kekecewaan pada diri Khalid bin walid kepada sang Khalifah yang menggatinya secara tiba - tiba. 

Inilah pelajaran penting yang harus selalu diingat oleh setiap aktivis dakwah yang diberikan amanah kepemimpinan. Karena sejatinya kepemimpinan adalah sebuah amanah, maka janganlah ada rasa memiliki yang berlebihan dari amanah tersebut. Sehingga sangat berat untuk melepaskannya. Karena kita adalah seseorang yang berdakwah dan menjalankan amanah kepemimpinan karena Allah swt, maka sejatinya kita harus siap jika diberikan amanah kepemimpinan. Dan karena amanah kepemimpinan yang kita jalankan karena Allah swt, maka jangan ada rasa kekecewwaan didalam hati kita jika memang amanah kepemimpinan tersebut tidak diberikan kepada kita dengan berbagai pertimbangan. Karena sejatinya yang dinilai oleh Allah swt bukan semata masalah dimana posisi kita dalam berkontribusi dalam dakwah, sebagai pemimpin kah atau sebagai jundikah. Tetapi, sejatinya yang dinilai oleh Allah swt apa kontribusi yang kita lakukan didalam dakwah. Baik sebagai pemimpin maupun jundi tetap akan mendapatkan balasan dari Allah swt sesuai kontribusi yang mereka lakukan.

Sebagai aktivis dakwah, kita layaknya potongan - potongan batu bata yang siap ditempatkan dimana saja dibangungan dakwah. Siap untuk ditempatkan dibagian puncak bangunan dan siap juga jika ditempatkan dipojok bangunan. Jangan sampai ada rasa jumawa ketika ditepatkan dipuncak dan hilangkanlah rasa sakit hati jika kita dengan sejuta potensi justru ditempatkan dibagian bawah, mari kita belajar dari seorang Khalid bin Walid yang tidak ada sedikitpun rasa kecewa ketika dicopot dari puncak "karir" kemiliterannya...

Thursday, 9 October 2014

Life Is Never Flat

Menjadi hal yang wajar jika manusia memiliki begitu banyak keinginan. Karena dalam penciptaannya manusia uga diberikan akal dan nafsu, maka begitulah jadinya sifat manusia. Selalu menginginkan apa yang menurut akalnya baik bagi dirinya. Dan tidak ada yang salah dalam memiliki keinginan dan usaha mewujudkan keinginan tersebut. Masalah baru akan terjadi jika nafsu dan akal sudah lebih berkuasa ketimbang hati. Nafsu dan akal yang lebih berkuasa ketimbang hati yang tidak ada cahaya iman didalamnya akan membuat manusia menghalalkan segala cara dalam memenuhi keinginannya.

Ada satu hal yang sangat menarik terkait masalah keinginan yang dimiliki oleh manusia. Yaitu, sering kali apa yang kita inginkan tidak sama dengan apa yang kita alami. Bahkan apa yang kita inginkan ternyata bertolak belakang dengan kenyataan. Benarkah hal itu? Bukankah Tuhan berdasarkan prasangka hambaNya? Bukankah Tuhan berjanji akan mengabulkan do'a - do'a hambanNya? Lantas kenapa masih ada keinginan dari manusia yang tidak sejalan dengan kenyataan?

Maka ada jawaban - jawaban sederhana yang mungkin bisa menjawab kekhawatiran kita akan tidak dikabulkannya keinginan kita oleh Tuhan, Pertama, bisa jadi apa yang kita inginkan, apa yang kita anggap baik dan terbaik untuk kita sejatinya bukanlah sesuatu yang benar - benar baik untuk kita atau bukanlah sesuatu yang sebenarnya kita butuhkan. Sehingga, Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan tersebut tapi malah menggantinya dengan apa yang kita butuhkan meskipun tak jarang apa yang diberikan oleh Tuhan sebagai pengganti keinginan kita tersebut dirasa "pahit" dan bertolak belakang dengan keinginan kita.

Analogi sederhananya adalah seorang anak kecil yang sedang demam sangat ingin makan es krim karena menurut akal si anak dinginnya es krim dapat menurunkan panas tubuhnya. Tentu saja keinginan tersebut tidak dikabulkan oleh sang ibu meskipun si anak terus merengek untuk dibelikan apa yang dia inginkan tersebut. Karena si ibu tahu kalau memberikan apa yang diinginkan si anak tersebut saat ini bukanlah sesuatu yang baik untuk saat ini. Sebaliknya, si ibu tersebut malah memberikan obat penurun panas yang rasanya pahit kepada si anak. Mungkin seperti itulah analogi sederhana dari hubungan keinginan dan kenyataan. Bisa jadi apa yang kita inginkan bukanlah yang sesuatu yang baik untuk kita dan justru bisa jadi apa yang baik untuk kita akan terasa pahit namun akan membawa kebaikan jika kita mampu menjalaninya.

Kedua, ketika apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi maka yang harus benar - benar kita pikirkan adalah apakah benar keinginan yang kita miliki itu tidak terwujud atau malah sesuatu yang bertolak belakang dari keinginan kita adalah jalan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Analoginya adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang mapan dari sisi ekonmi justru medapati kenyataan bahwa dirinya dipecat dari tempatnya bekerja. Mungkin saja menurut sebagian orang apa yang dia inginkan tidak tercapai atau sama seperti kata pepatah "jauh panggang dari api". Padahal jika mau dipikirkan kembali bisa jadi pemecatan yang dialaminya merupakan jalan untuk mencapai keinginannya. Yupks, dengan pemecatan yang dialaminya bisa memberikannya peluang untuk berwirausaha sehingga justru memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari sebelumnya, sesuai dengan keinginannya.

atau analogi lainnya, misal seseorang yang sangat berharap untuk didekatkan dengan jodohnya justru mendapati dirinya terbaring dirumah sakit karena mengalami insiden di kejar - kejar (bukan oleh jodohnya) dan digigit oleh seekor anjing. Tapi justru insiden inilah yang mempertemukannya dengan jodohnya atau dengan kata lain keinginannya untuk didekatkan dengan jodohnya terwujud meski harus melalui jalan yang agak tidak mengenakkan terlebih dahulu. Tuhan memang akan mengabulkan do'a serta keinginan kita, tapi Tuhan juga punya kuasa untuk menentukkan bagaimana "skenario" agar kita mencapai apa yang kita inginkan. Bisa jadi kesulitan, kepahitan, kegetiran atau apa saja yang kita anggap bertolak belakang dengan keinginan kita justru merupakan hal - hal yang medekatkan diri kita kepada apa yang kita inginkan. Dengan catatan, tidak ada kata menyerah dan putus asa ketika dihadapkan dengan semua hal tersebut.

Sudah menjadi keinginan semua orang agar keinginannya tercapai dan dihindarkan jauh - jauh dari masalah serta kesulitan. Akan tetapi kehidupan ini tidak akan pernah selamanya berjalan datar - datar saja tanpa adanya "gelombang" masalah dan "riak - riak" kesulitan. Sehingga yang kita butuhkan bukanlah kehidupan yang tanpa masalah karena itu adalah sesuatu yang amat sangat tidak mungkin. Tetapi yang kita butuhkan adalah kesabaran dan berbaik sangka. Kesabaran dalam menghadapi setiap proses dalam mencapai keinginan kita dan prasangka yang baik terhadap hasil yang didapatkan dari proses yang sudah dijalankan, apapun hasilnya. Apapun Yang Terjadi Kita Tetap Bersyukur...

Dengan kesabaran dan prasangka yang baik terhadap kehendak Tuhan, Inshaa Allah apapun yang terjadi akan terasa lebih indah, bahkan akan terasa lebih indah dibanding dengan cerita - cerita FTV...


Thursday, 18 September 2014

Puisi Cinta Dari Sang Pahlawan (Sayyid Qutb)

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
(As-Syahid Sayyid Qutb)

Saturday, 23 August 2014

Kisah Mangkuk,Batu dan Pasir

Alkisah, Seorang guru pernah membawa mangkuk besar kemudian diisi batu-batu besar sambil bertanya pada murid-muridnya: “Apakah mangkuk ini sudah penuh?” –sudah, jawab muridnya. Kemudian sang guru mengisi mangkuk itu dengan pasir, dan pasir itu memenuhi sela antara batu-batu besar, kemudian sang guru kembali bertanya: “Sudah

penuhkah mangkuk ini?” –kali ini murid terpecah menjadi dua; ada yang bilang sudah, ada yang bilang belum, meskipun tidak tahu dimana belumnya. Kemudian guru itu menyiramkan air ke dalam mangkuk, dan air itu pun membasahi pasir dan memenuhi mangkuk itu sekali lagi.

Kemudian guru itu mengambil mangkuk yang baru, dan diisinya dengan pasir, sejenak kemudian ia berkata: “apakah mangkuk ini masih muat untuk batu2 besar ini?”-spontan para murid mengatakan :”tidak”, -“maka seperti itulah kepala kita, jika kita isi dengan hal-hal yang kecil, maka ia tidak akan pernah sanggup diisi oleh ide-ide besar. Fikirkanlah ide-ide besar, maka hal yang kecil akan termuat dengan sendirinya.”

Thursday, 31 July 2014

Biografi Singkat DR Abdullah Azzam



Dilahirkan tahun 1941 di Desa Sailatul Haritsiyah, Palestina. Hafal Al Qur’an, ribuan hadits dan syair. Menikah pada usia 18 tahun, kemudian hijrah ke Yordania. Pada tahun 1966 meraih gelar Lc padaFakultas Syari’ah Universitas Damaskus Syiria dengan cara studi jarak jauh (intisab). Tahun 1969 meraih gelarMaster. Tahun 1973 menyelesaikan Program Doktoral dalam bidang Ushul Fiqh di Universitas Al Aqzhar, Kairo, Mesir dengan predikat Asyraful ‘ula (cumlaude). Tahun 1980 diusir Pemerintah Yordania karena aktifitas keislamannya, kemudian mengajar di Universitas King ‘Abdul ‘Aziz, saudi Arabia. Tahun 1982 hijrah ke Pakistan, karena ingin berkonsentrasi pada jihad Afghan. Tahun 1984 bekerja di Rabithah ‘Alam Islami sebagai Mustasyar (Penasehat) dalam bidang Pendidikan untuk Mujahidin Afghanistan. 

Ketika di Yordania, beliau sudah berjihad di perbatasan Palestina – Yoedania sampai beliau diusir Pemerintah Yordania. Di Pakistan beliau berinteraksi dengan para pemimpin Mujahidin Afghan, seperti: Ustadz Sayyaf, Hekmatyar, Burhanuddin Rabbani dan Yunus Khalis. Sering beliau pergi ke medan jihad di Afghanistan.

Kesimpulan beliau tentang jihad Afghan adalah bahwa jihad Afghan adalah jihad Islami, hukumnya fardhu ‘ain. Umat Islam seluruh duniawajib mendukung jihad Afghan. Sejak itu, DR. ‘Abdullah ‘Azzam mengkonsentrasikan seluruh potensi dirinya pada jihad Afghan hingga menemui kesyahidannya pada hari Jum’at, 24 Nopember 1989, ketika mobil yang ditumpangi bersama kedua anaknya dalam perjalanan ke masjid untuk memberikan khotbah Jum’at meledak karena bom yang dipasang oleh musuh-musuh Islam.

Buku-buku karya beliau diantaranya : Ayatur rahman fie jihadil Afghan, Ad difa’ ‘an aradhil muslimina ahammu min ahammi furudhil a’yan , Al Manarah Al Mafqudah, dan lain-lain. Setelah beliau syahid, Maktab Khidmat Al Mujahidin mengumpulkan berbagai ceramahnya kemudian dibuat dalam bentuk buku hingga mencapai lebih dari 50 judul buku, diantaranya serial Tarbiyah Jihadiyah yang terdiri dari 15 buku, Hijrah wal I’dad 3 buku, Hidmul Khilafah wa Bina’uha dan sebagainya. 

Friday, 25 April 2014

Daya Tahan Dijalan Dakwah

kali ini kita akan berbicara tentang ketahanan untuk tetap bertahan berjalan diatas jalan dakwah. Sebagaimana karakternya, jalan ini bukanlah jalan dipenuhi oleh "bunnga - bunga" pujian. Jalan dakwah bukanlah jalan yang dipenuhi dengan kemudahan sehingga dapat dilalui dengan mudah. Tetapi ini adalah jalan yang sulit dan penuh dengan fitnah. Dakwah adalah jalan yang sulit penuh dengan perangkap dan cobaan. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan internal yang kuat, karena dakwah merupakan jalan yang panjang. Bisa jadi, seorang aktivis dakwah tidak akan pernah merasakan "buah" perjuangannya didunia ini karena singkatnya umur manusia tidak sebanding dengan panjangnya cita - cita yang dibawa dalam misi dakwah. tetapi, dibalik semua kesabaran dalam menghadapi cobaan, dibalik kesabaran menghadapi fitnah dan dibalik kesabaran atas kelelahan karena berjuang dalam waktu yang panjang. Allah swt telah menyiapkan balasan yang setimpal. Yaitu, surga dan seisinya :

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (QS At- Attaubah : 111)

Tidak mudah untuk bertahan dijalan dakwah, karena itulah Allah swt telah menyiapkan balasan yang besar bagi siapa saja yang dengan tulus ikhlas tetap istiqomah berjuang dijalan Allah. Allah swt telah menyiapkan surga untuk mereka yang dengan ikhlas meng-infaqkan harta dan jiwanya dijalan Allah.

Tidak sedikit, mereka yang berjuang dijalan dakwah harus minggir dan menepi bahkan berhenti memperjuangkan agama Allah swt karena mereka tidak sanggup untuk bertahan atas cobaan yang diberikan oleh Allah swt. Ada yang harus futur karena alasan tidak sanggup akan cobaan berupa kesulitan - kesulitan tapi, tidak sedikit yang harus Insilah (keluar) dari jalan dakwah karena cobaan yang berupa kenikmatan. Ketika dakwah telah masuk pada pusat - pusat kekuasan. Ketika harta, tahta dan wanita begitu mudah untuk didapatkan, maka ada sebagian aktivis yang kecele dengan godaan - godaan tersebut. Tak pelak, orientasi pun menjadi berubah. dan akhirnya mengubah perilaku yang ditunjukkannya. 

Harus jujur diakui untuk hal yang terakhir, disebabkan mereka yang terlena dengan dunia, mereka yang telah mengubah orientasinya juga mempengaruhi aktivis - dakwah yang lain. serta merusak citra jama'ah dakwah.Dan tidak sedikit dari aktivis dakwah yang merasa tertipu,kecewa dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari jama'ah. Oleh karena itulah, mari kita renungkan lagi firman Allah swt berikut ini :

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS Al Mulk : 1- 2)

Yang mesti kita pahami bersama, sejatinya ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah swt itu adalah proses "screening" yang dilakukan oleh Allah swt. Ujian dan cobaan adalah "seleksi" tersendiri yang dilakukan oleh Allah swt untuk melihat siapakah diantara hambaNya yang memiliki kualitas amal terbaik.  Dan disurat lain, Allah swt juga menegaskan bahwa ujian dan cobaan yang diberikan itu untuk membuktikan keimanan seseorang. 


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(QS Al BAqarah : 214)

Oleh Karena senua ujian yang akan dihadapi oleh setiap aktivis dakwah, oleh karena dakwah ini merupakan jalan yang teramat sangat panjang. Maka setiap dari kita mesti memiliki daya tahan di medan dakwah. Untuk merealisir daya tahan dalam medan dakwah setidaknya 5 (lima) hal yang dijelaskan oleh Ustadz Cahyadi takariawan dalam bukunya "Tegar Dijalan dakwah" yaitu, menguatkan dan membersihkan motivasi, menggapai derajat iman, menggandakan kesabaran, kekuatan ukhuwah, dan dukungan soliditas struktur.

Untuk menguatkan dan membersihkan motivasi kita perlu selalu memahami makna ikhlas dan berupaya   dengan jalan: senantiasa memperbaharui niat, berusaha keras menunaikan kewajiban, berusaha keras mewujudkan kecintaan kepada Allah, merasakan pengawasan Allah, dan hati-hati dalam beramal. 

Untuk mencapai derajat iman kita perlu : memiliki orientasi rabbani, yakni menjadikan seluruh aktifitas selalu berorientasi kepada Allah, dan sebaliknya, berhati-hati terhadap orientasi duniawi. Jika kita mampu mencapai derajat iman ini, maka Allah menjanjikan kemenangan atas musuh, jaminan bahwa orang-orang kafir takkan menguasai, mendapatkan izzah, mendapatkan kehidupan dan rezeki yang baik, menjadi khalifah di muka bumi, serta mendapatkan surga di akhirat nanti. 

Untuk bisa menggandakan kesabaran kita perlu memberikan dorongan jiwa untuk mengejar dengan sungguh-sungguh faedah-faedah yang ditimbulkan oleh kesabaran, dan betapa besar buahnya bagi agama dan keduniaan kita serta melawan pengaruh hawa nafsu. Jika kesabaran telah kita miliki maka kita akan mendapatkan hikmahnya yang luar biasa: dijadikan  pemimpin, pahala yang besar, kebersamaan Allah, dan mendapatkan berbagai macam kebaikan krn sabar.

Untuk membangun ukhuwah kita perlu memotivasi diri dengan keteladanan ukhuwah di zaman kenabian lalu memperbaiki hubungan sesama aktifis dakwah berlandaskan cinta dan kasih sayang. Kita juga harus meminimalisir penghambat-penghambat ukhuwah. Jika kekuatan ukhuwah ini terbangun kokoh, maka daya tahan kita sebagai aktifis dakwah maupun daya tahan jamaah di medan dakwah akan semakin kokoh. 

Sedangkan upaya membangun soliditas struktur paling tidak meliputi konsolidasi manajerial dan konsolidasi operasional. Konsolidasi manajerial dilakukan dengan penataan manajemen yang bagus dan profesional dalam setiap jalur dan lini. Selain mengambil prinsip-prinsip dari Al-Qur'an dan Hadits, prinsip manajemen modern juga bisa diterapkan. Konsolidasi operasional dimaksudkan untuk menyinkronkan berbagai kegiatan dalam skala gerakan, sekaligus senantiasa mengarahkan gerak dakwah kepada tujuan yang ditetapkan. Selain itu, untuk membangun soliditas struktur perlu menghindari hal-hal yang bisa merusaknya yaitu munculnya sekat komunikasi dan lemahnya imunitas struktural (mana'ahtanzhimiyah).

Wallahu a'lam bisshawwab

Maraji' Tegar Dijalan Dakwah oleh ustadz Cahyadi Takariawan