Friday 29 June 2012

Metode dalam Dakwah


Dakwah secara umum dapat diartikan sebagai seruan atau ajakan kepada manusia untuk kembali kejalan Allah swt dengan hikmah dan nasehat yang baik. Itulah makna dakwah yang umum dipahami oleh para penyeru dakwah dimanapun mereka berada. Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa poin penting. Pertama objek dakwah adalah manusia.  Kedua tujuan dari dakwah adalah untuk kembali kejalan Allah, agar para manusia yang menjadi objek dakwah mengingkari taghut dan beriman kepada Allah swt semata. Yang terakhir adalah metode atau cara dakwah yang dilakukan secara garis besar dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui hikmah yang diberikan oleh para penyeru dakwah kepada objek dakwah dan yang kedua adalah melalui nasehat (perkataan) yang baik dari penyeru dakwah.
Seorang penyeru dakwah haruslah benar – benar memahami siapa objek dakwahnya, jelas tujuannya, dan benar dalam penerapan metode atau cara berdakwah yang dijalankan oleh para aktivis dakwah. Ketika salah satu dari tiga hal diatas tidak dipahami dengan baik oleh para penyeru dakwah, maka dapat menyebabkan kegagalan dari program – program dakwah yang dijalankan oleh seorang aktivis dakwah.
 Jangan sampai aktivis dakwah tidak memahami siapa objek dakwahnya karena hal tersebut akan menyulitkan para aktivis dakwah untuk membuat program - program dakwah dikarenakan para aktivis dakwah tidak kenal dan memahami  siapa objek dakwahnya. Dakwah ini dibebankan kepada manusia dan ditujukan kepada manusia bukan ciptaan Allah swt yang lain.
Atau seorang aktivis dakwah harus tau dengan jelas apa tujuan dari dakwah yang dilakukan. Jangan sampai mengalami disorientasi tujuan dalam dakwah yang dilakukan.karena parameter keberhasilan dari dakwah adalah sejauh mana para aktivis dakwah mampu mengajak manusia untuk beriman kepada Allah swt. Dakwah yang kita jalani bukanlah menyeru kepada si aktivis dakwah sehingga para objek dakwah harus tunduk dan menyembah si aktivis dakwah tersebut. Dakwah yang dilakukan bukan menyeru kepada salah satu jamaah atau golongan sehingga menimbulkan ashobiyah diantara aktivis dakwah yang akhirnya menyebabkan perpecahan dalam tubuh umat islam.
Yang terakhir ketika kita telah memahami seperti apa objek dakwah kita dan benar dalam tujuan dakwah yang dilakukan maka seorang aktivis dakwah harus melakukan dengan benar metode dakwah yang dijalaninya. Kesalahan dalam metode dapat membuat dakwah ini tertolak bukan karena ajarannya karena ajaran islam yang dibawa para aktivis dakwah adalah ajaran yang paling benar dan syariat islam merupakan solusi atas permasalahan umat. Tetapi sering kali dakwah ini tertolak karena kesalahan para aktivis dakwah dalam menyampaikan dakwahnya (ajaran islam) sehingga objek dakwah memiliki pandangan yang salah terhadap islam.
Bicara tentang metode atau cara dalam berdakwah, ada baiknya kita menyimak sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:
Abu Sa’id Al-Khudriy mengatakan, saya mendengar Rasulullah bersabda: Siapa saja yang melihat munkar seyogianya ia merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu merubah dengan tangan ia merubahnya dengan lisannya. Jjika juga tidak mampu maka ia merubahnya dengan hati. Merubah munkar dengan hati adalah wujud iman yang paling lemah. (Hadits Riwayat Muslim).
Dakwah merupakan proses perbaikan (islah) yang dilakukan secara terus – menerus. Dari hadist diatas, kita mengetahui bahwa untuk merubah sebuah kemungkaran maka ia harus mampu merubahnya melalui tiga cara yaitu, dengan tangannya,denganlisannya dan dengan hati yang merupakan selemah – lemahnya iman. Jadi, bisa disimpulkan bahwa dalam dakwah kita dapat melakukannya dengan tangan (tindakan/perbuatan), dengan lisan dan dengan hati. Ketiga cara inilah yang dapat dilakukan oleh para aktivis dakwah dalammelakukan aktivitas dakwah yang dijalaninya.
1.      Metode yang pertama adalah dengan tindakan atau perbuatan.
Tujuan dari Allah swt adalah mengajak manusia kejalan Allah swt. Tujuan yang mulia ini akan bisa tersampaikan dengan baik kepada objek dakwah seandainya para penyeru dakwah atau aktivis dakwah itu sendiri telah berada dijalan Allah tersebut. Yang dimaksud melalui tindakan dalam berdakwah adalah diharapkan para aktivis dakwah mampu memberikan teladan bagi objek dakwahnya.
Yang dimaksud dengan teladan disini adalah para aktivis dakwah dapat mengimplementasikan dari setiap seruannya kepada objek dakwah. Allah swt sangat menaruh perhatian besar terhadap hal ini seperti yang ada dalam Al Qur’an surat As Shaff ayat 3 :
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS As Shaff :3)
Ayat diatas menegaskan kepada seluruh aktivis dakwah bahwa yang pertama harus didakwahi adalah dirinya sendiri. Yang pertama sekali harus diperbaiki adalah dirinya sendiri. Setelah itu barulah ia harus mengambil peran dalam perbaikan umat. Karena sudah menjadi kepastian bahwa dampak dari melakukan dakwah itu adalah yang utama kepada si aktivis dakwah itu sendiri. Dakwah yang dibawanya harus bisa menjadikan dirinya pribadi yang lebih baik. Banyak sudah terjadi dimasyarakat, dakwah ini tertolak bukan karena ajaran islam yang dibawa oleh aktivis dakwah tetapi karena keseharian dari si aktivis dakwah tersebut tidak mencerminkan ajaran islam yang didakwahkannya kepada masyarakat.
Keteladanan menjadi bagian yang penting dalam dakwah karena sifat alamiah dari manusia itu sendiri yang amat sangat mudah untuk meniru. Manusia akan lebih mudah untuk belajar jika ada contoh nyata yang ada disekitarnya.Keteladanan diharapkan ada pada setiap aktivis dakwah, karena keteladanan adalah metode dakwah yang sangat efektif. Ada sebuah ungkapan bahwa “sebuah keteladanan lebih berarti daripada seribu kata – kata”.
 Selain itu ketika seorang aktivis telah menjadi teladan ditengah – tengah komunitasnya maka yakinlah ucapan yang keluar dari mulut aktivis dakwah tersebut akan sangat mudah untuk diikuti oleh objek dakwahnya. Karena keteladanan yang ada pada diri aktivis dakwah tersebut telah masuk kedalam alam bawah sadarnya dan akan membuatnya dengan mudah untuk dapat menerima apa yang dikatakan oleh aktivis dakwah tersebut.  
2.      Metode yang kedua melalui Lisan
 Dari makna dakwah yang telah disebutkan diatas metode dakwah, yaitu hikmah dan dengan nasehat yang baik. Dalam Al Qur’an surat An Nahl ayat 125, Allah mengajarkan manusia bagaimana cara dakwah yang seharusnya dilakukan :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S An Nahl:125)
Dalam ayat diatas Allah mengajarkan kepada Rasul dan umat islam tentang bagaimana caranya menyeru manusia kepada Allah swt. Kita diperintahkan Allah swt untuk berdakwah dengan hikmah dan nasehat yang baik. Jumhur mufasir menafsirkan kata hikmah dengan hujjah atau dalil. Dari ungkapan para mufasir dapat dimengerti, bahwa hujjah yang dimaksud adalah hujjah yang bersifat rasional (‘aqliyyah/fikriyyah), yakni hujjah yang tertuju pada akal. Hikmah dapat diartikan dengan argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah, dan yang memuaskan. Yang dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan siapa saja. Sebab, manusia tidak dapat menutupi akalnya di hadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat. Argumentasi logis mampu membongkar rekayasa kebatilan, menerangi wajah kebenaran, dan menjadi api yang mampu membakar kebobrokan sekaligus menjadi cahaya yang dapat menyinari kebenaran.
Yang kedua adalah mau’izhah hasanah (nasihat/peringatan yang baik) yang secara global secara global, yaitu nasihat atau peringatan al-Quran (mau’izhah al-Qur’an). Sayyid Quthub menafsirkan mau’izhah hasanah sebagai nasihat yang masuk ke dalam hati dengan lembut (tadkhulu  il­â al-qulûb bi rifq). Ada dua karakter dari mau’izhah hasanah  yaitu Pertama, menggunakan ungkapan yang tertuju pada akal dan yang kedua , menggunakan ungkapan yang tertuju pada hati/perasaan.
3.      Metode dakwah yang ketiga adalah dengan hati
Dakwah dengan hati adalah bagaimana kita harus menimbulkan penolakan di hati kita terhadap  hal – hal yang bertentangan dengan syariat islam. Selain itu dakwah dengan hati adalah bagaimana kita harus mendoakan objek – objek dakwah kita agar Allah swt memberikan hidayah kepadanya. Karena yang perlu kita sadari adalah masuknya hidayah kepada seseorang itu murni hak prerogratif Allah swt. Dan dia berhak memberikan kepada siapa saja yang diinginkan oleh Allah swt. Hal inilah yang mungkin sering kita lupakan dalam mengerjakan kerja – kerja dakwah. Selain itu, mendo’akan objek dakwah juga dilakukan oleh Rasul.

No comments:

Post a Comment